-Fikih Fikih Ibadah Konsultasi Syariah Bersama Ustadz

Siapkan Diri Menyambut Ramadhan


Ibarat menyambut tamu, semakin mulia tamu tersebut maka semakin bagus persiapan yang dilakukan. Namun peribadi yang mulia bukan hanya tergantung tamu, kemuliaan dirinya menjadikan ia suka memuliakan tamu walau lebih rendah dari dirinya.

Suatu hari datang seorang sahabat ke majelis ilmu Rasulullah Saw. Rasulullah Saw memanggilnya agar duduk di tempat mulia persis di sebelah Rasulullah Saw.
Sang sahabat merasa dirinya lebih mulia dari yang lain, diapun bertanya: Wahai Rasulullah… Aku lebih mulia dari Abu Bakar? Rasulullah Saw menjawab: Tidak, Abu Bakar lebih mulia dari kamu.

Bagaimana dengan Umar dan Usman wahai Rasulullah?
Rasulullah Saw menjawab: kedua mereka lebih mulia dari kamu. Maka sang sahabatpun diam merasa malu. Ternyata hati Rasulullah Saw yang mulialah yang telah memuliakan dirinya, bukan karena kemuliaan dirinya sendiri.

Ramadhan merupakan tamu yang sangat istimewa, sebab ia bulan rahmat, bulan maghfirah dan bulan ‘Itqun minan nar (merdeka dari api neraka). Karena itu menyambutnya mestilah mempersiapkan diri dengan sebaiknya.

Berikut beberapa persiapan yang harus dilakukan:

1. Sambutlah Ramadhan dengan taubat. Taubat bermakna kembali. Kita dahulunya mulia dan dimuliakan Allah. Mungkin selama ini kita sempat berada di luar jalur yang benar, maka kembalilah kepada Allah, ke jalan asal kita yang mulia. Perbanyak istighfar, menyesali dan berjanji tidak akan kembali ke jalan yang salah tersebut.

2. Perbaikilah hablum minannas kita. Walau puasa adalah ibadah bersifat hablum minallah, ternyata diterimanya ibadah kita mesti diikuti dengan kebaikan pada hablum minannas.
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan keji, Allah tidak peduli ia meninggalkan makan dan minumnya”.

Puasanya bisa saja sah, namun pahalanya tidak ada. Orang lain keluar dari Ramadhan telah diampuni dosanya, seperti bayi yang baru dilahirkan bersih dari segala dosa, namun dirinya tidak demikian sebab tidak memperbaiki hubungannya dengan sesama makhluk.

Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan bahwa amalan manusia dilaporkan setiap petang hari Kamis kepada Allah Swt. Allah Swt bertanya kepada para malaikat, bagaimana hubungan hambaKu dengan saudara-saudaranya? Jika malaikat menjawab: ia memutuskan tali silaturrahmi dengan saudaranya, maka Allah Swt menjawab: kembalikan, kembalikan amalan tersebut kepadanya sehingga keduanya berdamai dan berbaikan kembali.

Maka jangan sampai bertemu dengan Ramadhan kecuali setelah kita perbaiki interaksi kita dengan keluarga dan sanak famili kita.

Ya Rasulallah… Aku memiliki tetangga yang hebat qiyamullailnya, hebat puasanya, namun suka menyakiti tetangganya.
Rasulullah Saw menjawab: ia akan masuk ke dalam neraka.

Sahabat lain pula bercerita: Ya Rasulallah… Tetanggaku biasa saja qiyam dan shiyamnya, namun akhlaknya kepada tetangga dan manusia amatlah baik. Rasulullah Saw menjawab: ia calon penghuni surga.

Maka hablum minannas tidak bisa disepelekan demikian saja. Terutama kepada kedua orang tua yang telah mengasuh, merawat dan membesarkan kita, kepada suami atau isteri, sanak famili, tetangga dan masyarakat terdekatnya.

3. Pelajari fikih Shiyam, bagaimana tatacara dan segala yang berkaitan dengan puasa. Rukun-rukun puasa, perkara yang membatalkannya, yang membatalkan pahalanya, yang dianjurkan dan yang dimakruhkan. Hal-hal ini penting dipelajari sebelum tiba Ramadhan, agar Ramadhan kita kali ini lebih berkah dari tahun sebelumnya.

Terkait rukun puasa, ianya hanya dua rukun. Yang pertama niat dan yang kedua menahan diri dari segala yang membatalkan puasa.

Walau rukun puasa hanya dua, namun setiap rukun tersebut memiliki rincian syaratnya. Dalam niat ada 3 persyaratannya:
Pertama: harus Ta’yin yaitu disebutkan bahwa besok akan berpuasa fardhu bulan Ramadhan, baik dengan lafal yang sudah lazimnya:
نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضان هذه السنة لله تعالى

Atau dengan berbagai lafal lainnya.

Kedua: Tabyit, artinya bahwa niat tersebut harus dipasang di malam hari, terhitung dari setelah buka puasa sampai waktu sahur sebelum tiba waktu shubuh. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw:
من لم يبيت الصيام قبل الفجر فلا صيام له
“Siapa yang tidak memasang niat puasa di malam hari sebelum waktu fajar maka tidk ada puasa bagi dirinya”. (HR. An Nasa-i) .

Adapun terkait Rasulullah Saw bertanya kepada Sayyidah Aisyah di pagi hari, wahai Aisyah adakah makanan di pagi ini? Beliau berkata: Tidak ada wahai Rasulullah, lalu beliau bersabda: kalau begitu saya akan berpuasa. Hadis ini adalah terkait puasa sunnat bukan puasa wajib.

Ketiga: Tikrar, bahwa niat puasa mesti dipasang di setiap malam Ramadhan, kecuali mazhab Maliki yang membolehkan niat di malam awal Ramadhan untuk satu bulan penuh.

4. Pelajari fadha-il (keutamaan) bulan Ramadhan, agar kita lebih bergembira dan bersemangat menyambutnya. Hakikatnya jika kita tahu keistimewaan Ramadhan niscaya kita akan berharap sekiranya setahun itu semuanya Ramadhan.

Ibnu Rajab Al Hanbali mengatakan, bahwa kaum salafunas shaleh membagi setahun itu kepada dua musim. Setengah tahunnya untuk menyambut Ramadhan dan setengah setelahnya menikmati hasil perjuangan di bulan Ramadhan yaitu ketika ibadah dilakukan dengan sangat mudah tanpa ada keberatan dan kesukaran sedikitpun.

Ramadhan bulan yang pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, syaitan dibelenggu sehingga ketaatan sangat mudah dilakukan. Nilai kebaikan dan ketaatan di Ramadhan juga berlipat ganda. Pahala ibadah sunnat seperti pahala ibadah fardhu, dn ibadah fardhu sebanding dengan tujuh puluh fardhu di luarnya.
Maka oarng yang tahu keistimewaan Ramadhan ini, jauh hari sebelumnya telah membiasakan diri dengan berbagai ketaatan agar ketika tiba Ramadhan amalan sunnah ringan dikerjakan.

5. Segera Qadha puasa. Jika di Ramadhan sebelumnya ada puasa yang tertinggal, hendaklah segera diqadha jangan menunggu tibanya Ramadhan. Sayyidah Aisyah Ra mengatakan:
Adalah aku tertinggal puasa Ramadhan, maka bila tiba bulan Syakban aku mengqadhak seluruhnya.

Menunda qadha Ramadhan hingga ke Ramadhan berikutnya merupakan salah satu bentuk kelalaian yang dianggap dosa. Kecuali jika dalam setahun tersebut ia memiliki uzur syar’i, seperti sakit atau hamil tua atau menyusui yang dokter memberikan arahan agar meninggalkan puasa.

6. Jagalah kesehatan fisik dengan olah raga, istirahat yang tepat, menjaga pola makan yang sehat. Agar ketika tiba bulan Ramadhan kita dalam kondisi prima, siap untuk melaksanakan terawih, siap untuk memperbanyak bacaan Alquran, menghadiri majelis ilmu dan ibadah-ibadah sunnat lainnya.

7. Banyak-banyaklah berdoa agar Allah Swt sampaikan kita dengn bulan Ramadhan. Diantaranya dengan doa yang masyhur:
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah… Berkahilah kami di bulan Rajab dan Syakban. Sampaikan kami ke bulan Ramadhan”.

Pasang niat kebaikan sebanyak-banyaknya dalam menjemput bulan Ramadhan ini. Seperti: Ya Allah… Jika Engkau panjangkan usiaku bertemu Ramadhan hamba akan melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya. Ya Allah… Hamba berniat mengkhatamkan Alquran 3x di bulan tersebut, dan setiap pagi hamba akan bersedekah. Dan hamba akan berusaha untuk menyiapkan bukaan puasa untuk menambahkan keberkahan puasa hamba di bulan Ramadhan.

Semoga Allah Swt menyampaikan kita ke Ramadhan 1440 H ini. Dan semoga Ramadhan kali ini lebih berkah dan banyak kebaikannya dari yang sebelumnya. Ya Rabb istajib du’a-ana.

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.