Akidah Hikmah Konsultasi Syariah Bersama Ustadz

Waspada Terhadap Penyakit Ain

Assalamu’alaikum ustad, ustadzah
perkenalkan saya hafiza saya ingin bertanya
saya mencari tahu tentang panyakit ‘ain, akibat dan penyebab nya..
yang ingin saya tanyakan, mengapa korban terkena dampaknya padahal yang mempunyai perasaan hasad itukan orang lain?
terima kasih..

Akhawat KGR

Jawaban:

Wa’alaikumussalam Wr. Wb.

Pengertian ‘Ain: 

‘Ain memiliki banyak makna dalam bahasa Arab, namun yang dimaksudkan di sini adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Bari jilid 10 hal. 169 mengatakan:

نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر

“Pandangan dengan merasa menarik bercampur dengan rasa dengki dari seseorang yang memiliki perangai yang buruk sehingga membahayakan bagi yang dipandang”.

Sedangkan Abul Hasan Al Manufi dalam Hasyiyah Al ‘Adwi ‘Ala Syarh Risalah Ibni Abi Zaid Al Qairawani jilid 2 hal. 351 mengatakan bahwa ‘Ain itu adalah:

سم جعله الله في عين العائن إذا تعجب من شيء ونطق به ولم يبارك فيما تعجب منه

“Racun yang Allah letakkan pada mata si ‘A-in (orang pelaku ‘Ain) ketika dia kagum terhadap sesuatu lalu ia ucapkan tanpa mendoakan keberkahan pada sesuatu yang ia kagumi”.

Mata ini harus hati-hati ketika memandang orang, jika ada kelebihan pada orang tersebut hendaknya dikembalikan kelebihan tersebut kepada Allah SWT sambil kita memuji Allah dan mendoakan keberkahan pada orang yang kita pandang dengan rasa kagum tersebut.

 

Penyakit ‘Ain itu Benar Adanya:

Dalam Musnad Al Bazzar dari Jabir Ra bahwa Nabi SAW pernah bersabda:

أكثر من يموت من أمتي بعد قضاء الله وقدره بالأنفس ” قال الراوي : يعني بالعين

“Kebanyakan orang meninggal dari umatku setelah Qadha dan Qadar Allah adalah dengan Anfus (Jiwa sendiri)”.
Sang perawi mengatakan: maksudnya adalah penyakit ‘Ain.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abdullah bin Abbas RA Rasulullah SAW bersabda :

اﻟﻌﻴﻦ ﺣﻖ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺷﻲء ﺳﺎﺑﻖ اﻟﻘﺪﺭ ﺳﺒﻘﺘﻪ اﻟﻌﻴﻦ، ﻭﺇﺫا اﺳﺘﻐﺴﻠﺘﻢ ﻓﺎﻏﺴﻠﻮا

Mata itu benar, pandangan mata itu “Haq” . Jika ada sesuatu yang bisa mendahului takdir Allah, niscaya akan didahului oleh mata.
Berarti penyakit ‘Ain, yang disebabkan oleh pandangan mata orang lain atau pandangan dirinya sendiri efeknya sangatlah cepat. Hanya saja takdir Allah jauh lebih cepat, namun jika ada sesuatu yang lebih cepat daripada takdir Allah niscaya sesuatu itu adalah ‘Ain.

Pesan Nabi Muhammad SAW, jika seandainya ada diantara kalian yang terkena ‘Ain orang lain lalu orang tersebut diminta untuk mandi, hendaknya ia mandi.
Mengapa demikian? Karena air bekasan daripada mandi orang yang mengirimkan ‘Ain kepada kita itu termasuk diantara penawar daripada penyakit ‘Ain yang menimpa kepada kita.
Caranya adalah: hendaknya si ‘A-in (pelaku ‘Ain) membasuh wajahnya, kedua tangannya dan kedua sikunya, kedua lututnya, jemari kakinya dan lipatan dalam bajunya dilakukan semua itu di dalam sebuah ember lalu air tersebut disiramkan kepada korban yang terkena penyakit ‘Ain, lalu embernya ditelungkupkan setelah digunakan insya Allah korban akan segera sembuh kembali. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah jilid 31 hal. 122).

Jadi bagaimana jika seandainya kita ingin memuji seseorang:

Pesan Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Al Hakim:

إذا رأى أحدكم من نفسه وأخيه ما يعجبه، فليدع بالبركة؛ فإن العين حق

“Jika kalian melihat sesuatu yang menakjubkan baik pada dirinya atau saudaranya hendaknya ia doakan keberkahan, karena ‘Ain itu adalah benar adanya”.

Terdapat sebuah kisah tentang penyakit ‘Ain yang terjadi pada masa Rasulullah SAW yaitu tentang Sahl bin Hunaif RA yang dilihat dengan penuh kekaguman oleh Amir bin Rabi’ah RA. Dari Abu Umamah bin Sahl RA, ia berkata:

اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ

“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi SAW, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah SAW pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah SAW seolah tidak terjadi sesuatu apapun pada dirinya”. (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ jilid 2 hal. 938, dan hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya jilid 13 hal. 470).

Ucapan Nabi SAW: “Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan?” menunjukkan kita agar mengucapkan doa seperti: “Barakallahu Fiik..”, atau “Tabarakallah”, atau “Tabarakallahu Ahsanul Khaliqin”, atau “Allahumma Baarik Fiih”.

Panduan Nabi Saw Untuk Menjaga Si Bayi Dari ‘Ain:

Adalah Rasulullah SAW mendoakan perlindungan kepada cucu-cucunya Al Hasan dan Al Husein RA dengan doa yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim AS terhadap putra-putranya Ismail dan Ishak. Doanya adalah sebagai berikut:

أعوذ بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة ومن كل عين ﻻمة

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari semua syaitan dan makhluk yang berbahaya dan dari penyakit ‘Ain yang mencelakakan”. (HR. Al Bukhari, hadis no. 3371).

Demikian, sekilas jawaban dari pertanyaan tentang ‘Ain.
Wallahu A’lam.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.