Akhlak Hikmah

Yang Mudah dan Yang Susah. Sebuah Renungan Pasca Ramadhan

Hal yang paling mudah yang kita rasakan adalah melakukan ketaatan, seperti membaca Al Quran, terawih di bulan Ramadhan dan amal-amal ketaatan lainnya. Bahkan menghilangkan duri di jalanan merupakan perkara yang amat mudah, tersenyum kepada saudara juga ibadah yang bernilai sedekah dan sangat-sangat mudah untuk dilakukan.

Mungkin ada sebahagian yang menganggap hal-hal tersebut sulit. Hakikatnya hal-hal tersebut jika dianggap sulit namun tak sesulit perkara-perkara lainnya.

Lalu apakah yang lebih sulit itu?

Yang benar-benar sulit ada dua hal:

1. Menjaga amalan yang telah kita buat agar terus berlanjut bukan hanya untuk sehari, seminggu atau satu bulan.

Untuk shalat shubuh di mesjid di bulan Ramadhan perkara yang mudah, namun mempertahankannya setelah bulan Ramadhan bukanlah perkara yang mudah. Demikian pula membaca Al Quran, berzikir dan bersedekah setiap hari setelah Ramadhan hingga akhir hayat kita.

عن ﻋﺎﺋﺸﺔ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺌﻞ ﺃﻱ اﻟﻌﻤﻞ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ؟ ﻗﺎﻝ: «ﺃﺩﻭﻣﻪ ﻭﺇﻥ ﻗﻞ» [رواه البخاري ومسلم]

Dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw ditanya amalan apakah yang paling dicintai Allah?
Beliau bersabda: “Yang paling berketerusan walau sedikit”. HR. Al Bukhari dan Muslim.

Sekiranya air semobil tangki dituangkan sekaligus ke atas batu ia tidak akan memberikan bekasan sama sekali. Namun jika air tersebut jatuh perlahan-lahan, setetes demi setetes berketerusan hingga air tersebut habis pasti akan memberikan bekasan yang sangat-sangat kelihatan pada batu besar tersebut.

Jika kita berkebun siramlah tanaman di kebun tersebut setiap hari walau sekedarnya, niscaya kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan di waktu panen. Kebun yang disiramkan air yang banyak sekaligus jangankan diharapkan hasilnya, boleh jadi kebun tersebut akan rusak tidak ada yang dapat dipanen sama sekali.

2- Demikian pula hal yang sulit adalah mempertahankan pahala amalan yang telah kita perbuat agar tidak lenyap dan sia-sia setelah bersusah payah kita lakukan.

في الحديث النبوي الشريف عن أبي هريرة رضي الله عنه:
(( أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ» قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لا دِرْهَمَ لَهُ وَلا مَتَاعَ ، فَقَالَ : «إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي من يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ»
[رواه مسلم عن أبي هريرة]

Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut “. Para sahabat berkata: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah yang tidak punya dirham dan juga harta benda. Bersabda Rasulullah Saw : “Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa, dan zakat, namun juga datang dengan telah mencaci-maki si ini (si fulan), menuduh si fulan , memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan. Sehingga diberikanlah si fulan-fulan tersebut dari kebaikan-kebaikan (si penzhalim), dan jika kebaikan si penzhalim habis sebelum dilunasi kepada orang-orang yang dizhaliminya diambilkanlah keburukan mereka lalu ditimpakan kepada si penzhalim lalu ia dimasukkan ke dalam api neraka”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah Ra).

Benar.. ia telah berusaha, telah berkerja namun tidak menjaga hasil usahanya sehingga tidak menikmati hasil jerih payahnya di akhirat kelak.

Karena itu pesan dan risalah dari tulisan ini adalah: “Jagalah hasil jerih payah anda wahai saudaraku”.

Ia telah mencaci maki si fulan, memukul si ini, mengambil harta si itu, menumpahkan darah si ini dan seterusnya sehingga ia masuk ke dalam api neraka, padahal ia pemakmur mesjid, gemar dalam ketaatan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Adapula orang yang melakukan ketaatan sekaligus melakukan kemaksiatan. Di hadapan manusia dia shaleh luar biasa, namun ketika bersendiri dia juga bermaksiat luar biasa. Berikut penuturan Rasulullah Saw tentang perihal mereka yang membuat para sahabat sangat ketakutan dan cemas.

عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
« لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا»، قَالَ ثَوْبَانُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا، جَلِّهِمْ لَنَا، أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ، قَالَ: «أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا » [ابن ماجه]

Dari Tsauban dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda: “Sungguh aku sangat mengetahui sekelompok orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan kebaikan seperti pegunungan putih Tihamah, namun Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang berterbangan. Berkata Tsauban: Wahai Rasulullah jelaskanlah kepada kami, terangkanlah kepada kami agar kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak tahu. Bersabda Rasulullah Saw: “Ketahuilah mereka adalah saudara-saudara kalian (muslim) termasuk dari golongan kalian, mereka qiyamullail sebagaimana kalian melakukannya, namun mereka adalah kaum yang jika bersendirian melanggar apa-apa yang telah Allah haramkan”. (HR. Ibnu Majah).

Kebahagian yang hakiki tidak sekedar dalam ketaatan yang kita lakukan. Kebahagiaan yang hakiki adalah di hari kiamat ketika kita menerima amalan-amalan yang pernah kita lakukan dan ia terjaga saat kita terima.

Betapa banyak manusia memiliki amalan sedikit namun tidak melakukan maksiat namun ia lebih baik dari manusia lainnya yang melakukan segunung ketaatan yang juga memiliki segunung maksiat.
Perhatikan hadits Nabi Saw:

عن أبي هريرة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم» [متفق عليه].

Dari Abu Hurairah Ra berkata: aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Apa yang aku larang maka tinggalkanlah, dan apa yang aku perintahkan lakukanlah semampu kalian”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Tidak ada sesiapapun yang mampu melakukan ketaatan seluruhnya. Sebagai contoh ketaatan shalat di mesjidil haram, mesjid nabawi, dan mesjid al Aqsha di setiap waktu shalat.
Karena itu Rasulullah Saw memerintahkan kita melaksanakan ketaatan semampu kita. Adapun meninggalkan yang diharamkan semua kita mampu meninggalkan yang di larang olrh beliau Saw kecuali dalam kondisi yang dharurat misalnya makanan yang tersangkut di kerongkongan dan mrmbahayakan hidup kita, dan tidak ditemukan minuman apapun selain yang diharamkan. Maka boleh mengkonsumsi minuman khamar sebatas menolak kemudharatan pada diri kita saja.

Lakukanlah ketaatan semampu kita. Namun ingat yang lebih penting adalah mempertahankan amalan kita secara berketerusan walau sedikit lalu setelah dilakukan pertahankanlah amalan tersebut agar tidak habis dikikis dengan dosa-dosa kita, terutama yang berkaitan dengan kezhaliman terhadap sesama hamba Allah Swt.

Orang yang sukses bukan yang mampu membaca al Quran sehari 3 juz atau lebih dalam sehari, lalu keesokan harinya tidak membacanya. Bukan pula yang mampu mempertahankan amalannya namun banyak pula dosa dan kejahatannya. Orang yang sukses adalah yang mampu mempertahankan amalannya sehingga berketerusan dan mampu mempertahankan pahala amal ketaatannnya hingga bertemu Allah Swt.

Semoga Allah Swt jadikan kita bahagian dari mereka yang sukses. Allaahumma aamiiin…

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.