Fikih Ibadah Fiqih Puasa Hikmah

Mengoptimalisasikan Ibadah di Sepuluh Akhir Ramadhan

Tak terasa purnama kian beranjak dan sekarang makin mengecil seperti sabit pertanda ia mulai beranjak pergi. Begitulah bulan Ramadhan yang kita cintai yang kita rindui sekarang mulai meninggalkan kita.

Berakhir sudah sepuluh pertama dalam kerahmatan dan sepuluh kedua dalam MaghfirahNya. Apa yang telah kita manfaatkan dimasa-masa keemasan ini hanya diri kita sendiri yang tahu. Keikhlasan munajat, kemanisan qiyamullail, kekhusyukan dalam memaknai ayat-ayat sang Pencipta sungguh tidak didapatkan melainkan oleh orang-orang yang benar dalam mujahadahnya.

Sungguh wahai saudaraku perkara-perkara itu bukan pekerjaan yang gampang tapi butuh kepada kesabaran dan keistiqamahan. Walaupun syaithan dalam hadits Nabi Saw telah dibelenggu namun kita masih punya musuh yang senantiasa bersama kita dan selalu menyeru kepada kejahatan kecuali orang-orang yang dirahmati Allah yaitu hawa nafsu yang sering membuat manusia salah dalam menilai kebaikan dan keburukan.

Saudaraku… Marilah sejenak kita merenungi hikmah dari umur yang masih diberikan Allah kepada kita untuk berpeluang mendapatkan pembebasan dari tempat yang sangat menakutkan bagi semua hamba-hamba Allah.

10 akhir Ramadhan adalah masa puncak ibadah yang punya peluang untuk mendapatkan kebahagiaan dan balasan yang tiada terhingga. Padanya ada malam seribu bulan. Beribadah sekali di waktu itu dihitung seperti beribadah seribu bulan. Bila dihitung berarti sama dengan delapan puluh tiga tahun empat bulan. Boleh jadi kita sudah masuk kedalam kubur namun kita masih dianggap sedang beribadah, kalau kita meninggalkan dunia dalam umur yang kurang dari bilangan tersebut.

10 Akhir Ramadhan Ibarat Khatimah

Sepuluh akhir Ramadhan ibarat khatimahnya kehidupan seorang hamba. Kalaulah baik khatimahnya maka selamatlah segala amalan yang telah dilakukan selama hidup. Sebaliknya kalau buruk maka sia-sialah seluruh amal dalam kehidupannya.

Ramadhan ibarat seorang tamu yang mulia, saat yang paling berkesan adalah awal perjumpaan dan saat kita berpisah dengannya. Oleh karena itu marilah kita pelajari sunnah Rasulullah Saw dalam menghidupkan malam-malam tersebut, mudah-mudahan walaupun kita belum mendapatkan ketaqwaan sepenuhnya namun paling kurang kita kelak mendapatkan syafaat kekasih kita Saw sebab kita telah mengikuti tuntunannya yang mulia.

Diantara sunnah Rasulullah di sepuluh akhir Ramadhan ada tujuh perkara, yaitu:

1. Menghidupkan malam sepenuhnya dengan qiyamullail.

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra: “Apabila datang sepuluh akhir Ramadhan Rasulullah mengikat kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya”. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Rasulullah Saw sangat bermujahadah disepuluh malam akhir yang tidak pernah beliau kerjakan dimalam-malam lainnya”. Qiyamullail mencakup shalat, baca Al Quran dan berzikir.

2. Shalat Isya dan Shubuh dengan berjama’ah.

Sa’id bin Al Musayyib mengatakan: Barang siapa yang shalat Isya dengan berjamaah di malam Al Qadar maka dia telah mendapatkan malam tersebut.
Imam as Syafi’I dalam Qaul Qadimnya mengatakan: barang siapa yang shalat Isya dan Shubuh dengan berjamaah di malam Al Qadar maka dia telah mendapatkannya.
Hal ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ” Barang siapa yang shalat Isya dengan berjamaah di bulan Ramadhan maka dia telah mendapatkan Lailatul Qadar “.

3. Menjaga mata dari melihat yang diharamkan, dan mulut dari berkata-kata keji.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far secara Mursal, Rasulullah Saw bersabda: ” Barang siapa yang bertemu dengan bulan Ramadhan dalam kondisi sehat dan Islam kemudian dia berpuasa di siang harinya, shalat dimalam harinya, menjaga pandangannya, menjaga kemaluan, lidah dan tangannya, menjaga shalatnya selalu dalam berjamaah, cepat hadir dalam shalat Jumat, sungguh dia telah berpuasa sebulan dengan sepenuhnya, telah sempurna pula pahalanya, dan dia telah mendapatkan Lailatul Qadar, dan telah mendapatkan hadiah yang agung dari Tuhannya”.

4. Membangunkan keluarganya untuk Shalat.

Karena Rasulullah Saw membangunkan keluarganya untuk Qiyamullail pada sepuluh malam terakhir yang tidak pernah beliau lakukan di malam yang lain. Juga diriwayatkan dalam hadits Shahih bahwa: Rasulullah Saw mengetuk pintu rumah Fathimah dan Ali pada suatu malam lalu beliau berkata: tidakkah kalian bangun untuk shalat?

5. Mandi di antara Maghrib dan Isya.

Karena dengan mandi badan akan terasa segar, kuat untuk Qiyam, dan hilang bau yang tak sedap. Hudzaifah ra meriwayatkan bahwa: dia shalat bersama Nabi Saw pada suatu malam di bulan Ramadhan. Kemudian Rasulullah Saw mandi dan Hudzaifah menutupnya, setelah itu Hudzaifah mandi bergantian dengan air yang tersisa dan Rasulullah pula yang menutupnya.

Ibnu Jarir meriwayatkan, bahwa: para sahabat ra, mereka mandi di setiap malam 10 akhir Ramadhan. Salah seorang salaf yang bernama Tamim Ad Dary diriwayatkan memiliki perhiasan yang harganya seribu Dirham, tidak beliau kenakan melainkan pada malam yang beliau sangka ia adalah malam Al Qadar.
Karena tidak sepantasnya seseorang bertemu dengan seorang raja melainkan dengan pakaian yang bersih dan indah zahir dan batinnya, terlebih lagi dengan raja yang mengetahui segala perkara zahir dan batin, sudah tentu kita berhias dengan seindah-indahnya.

6. Beriktikaf.

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, ‘Aisyah ra meriwayatkan bahwa: “Rasulullah Saw terus beri’tikaf di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan hingga wafatnya”. Dan Rasulullah Saw menjadikan tikar anyamannya sebagai tempat duduk beliau bersendirian, tidak bergaul dengan manusia. Karena itu Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: sebaiknya orang yang beriktikaf itu tidak berkumpul dengan orang-orang, walaupun hanya untuk mengajarkan ilmu dan membacakan Al Quran, akan tetapi hendaknya dia berkhulwah dan menyibukkan diri dengan zikir dan berdoa.

Iktikaf ini dilakukan di Mesjid agar tidak tertinggal shalat jamaah dan shalat Jumat. Karena berkhulwah tanpa shalat berjamaah dan shalat jumat dilarang oleh syariat. Ibnu Abbas pernah ditanyakan tentang seorang yang selalu berpuasa di siang harinya dan qiyam di malamnya tapi tidak hadir shalat berjamaah dan tidak hadir dalam shalat Jumat, lalu beliau mengatakan bahwa orang tersebut kelak masuk ke dalam neraka.

Ibnu Rajab Al Hanbali mendefinisikan Iktikaf adalah: memutuskan hubungan dengan makhluk untuk berhubungan dengan Khalik. Semakin kuatnya ma’rifah, kecintaan, dan kerinduan dengan Allah maka semakin kuat pula hubungannya dengan Allah dan semakin jauh hubungannya dengan makhluk.

7. Memperbanyak do’a.
Diantara doa yang sangat dianjurkan oleh Nabi Saw adalah doa yang diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah ra:

اللَّهُـمَّ إِنَّـكَ عَفُــوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْــوَ فَـاعْـفُ عَــنِّي (رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح)
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai kemaafan, maka maafkanlah daku”.

Doa ini sangat dianjurkan bagi siapa yang merasa dia berjumpa dengan Lailatul Qadar.

Dianjurkan juga banyak membaca Al Quran. Imam Syafi’i mengatakan: hendaknya seseorang bermujahadah di siang harinya seperti mujahadahnya di malam hari.
Marilah sama-sama kita tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita. Ramadhan yang kita jumpai sekarang ini belum tentu akan kita bertemu lagi. Karena umur itu rahasia Allah. Mulailah dari sekarang jangan kita tangguh-tangguhkan lagi. Semuanya akan dipermudah oleh Allah. Orang yang bahagia akan dimudahkan Allah untuk berbuat amal shaleh, sebaliknya orang yang celaka akan dipermudah pula untuk berbuat dosa.
Wallahu a’lam.

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.