Hikmah

Khutbah Iedul Adha 1437 H

images-3

KHUTBAH IDUL ADHA 1437 H

“TEGAKKAN AGAMA DENGAN SEMANGAT PENGORBANAN”

(BERTELADAN PADA KELUARGA IBRAHIM AS)

اللهُ أَكْبَرُ (9x) كَبِيْراً وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ،  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ ، صَدَقَ وَعْدَهُ ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ .

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَبِرَحْمَتِهِ تَتَنَزَّلُ الْبَرَكَاتُ فَأَخْرَجَنَا مِنْ وُحُوْلِ الشَّهَوَاتِ إِلىَ جَنَّاتِ اْلقُرُبَاتِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اْلمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَحَبِيْبُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ اْلأَمِيْنُ . نَشْهَدُ أَنَّهُ قَدْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اْليَقِيْنُ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ صَلاَةً وَسَلاَماً دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدَ
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Di hari ini kita patut bersyukur kepada Allah Swt yang mengizinkan kita bertemu dan menghidupkan sepuluh hari awal Zulhijjah hari-hari yang luar biasa keutamaannya di sisi Allah Swt. Dan hari ini hari Idul Adha hari raya akbar bagi setiap kaum  muslimin di seluruh belahan dunia. Kita bertakbir bukan karena kita menang dalam medan pertempuran, kita bertakbir hari ini sebab kembali mengenang sejarah pengorbanan yang luar biasa hebatnya.

Perjuangan menundukkan hawa nafsu dimulai dengan sejarah Habil dan Qabil kedua putera nabi Adam As, demikian pula pengorbanan seorang kekasih Allah Swt bernama Ibrahim As yang diperintahkan menyembelih putra semata wayangnya. Kemudian berkelanjutan kisah Habibullah Nabi Muhammad Saw yang seluruh hidup beliau adalah pengorbanan. Lahir tanpa ayah, lalu kanak-kanaknya beliau harus kehilangan ibu, hingga diangkat menjadi seorang Rasul terus menghadapi perjuangan luar biasa.

Bayangkan dari kecil hingga puncak masa muda beliau usia 40 tahun dikenal sebagai pemuda paling jujur di jazirah Arab namun harus rela dikatakan pembohong sebab berjuang menegakkan kalimah Allah Swt di atas muka bumi ini. Mereka-mereka ini dikenang karena pengorbanan yang luar biasa sehingga terukirlah berbagai sejarah indah. Benar, tidak ada sejarah indah melainkan dengan pengorbanan. Islam yang sampai kepada kita juga melalui perjuangan luar biasa, pengorbanan Rasulullah Saw, para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, juga para ulama dan para da’i.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Allah Swt mensyariatkan perayaan Idul Adha setiap tahun. Dan ibadah yang paling dicintaiNya untuk dilaksanakan pada hari ini adalah menyembelih hewan Qurban. Lalu apa kiranya hikmah dibalik syariat ini? Apa hikmah adanya perayaan Idul Adha dan syariat Qurban?

Agar kaum muslimin sadar bahwa agama Isam ini tegaknya dengan pengorbanan, agar kaum muslimin sadar bahwa dunia ini bukan tempat bersenang-senang ia adalah tempat penuh dengan cobaan, tantangan dan pengorbanan.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Kita melihat setiap manusia ingin ke surga, namun sedikit diantara mereka yang mau berkorban. Padahal untuk meraih sesuatu yang berharga perlu pengorbanan hebat untuk mendapatkannya.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar ”. (QS. Ali Imran: 142)

Kita melihat orang-orang hebat pilihan Allah SWT mereka adalah orang-orang yang banyak diuji, lalu mereka bersabar dalam berjuang di jalan yang diridhai Allah SWT.

Lihatlah sejarah Nabi Nuh AS, membangun kapal berpuluh tahun di atas padang pasir lalu diperolok-olok kaumnya. Nabi Nuh AS menjawab:

قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ (38) فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ

“Berkatalah Nuh: “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal selamanya”. (QS. Hud: 38-39)

Nabi Nuh berdakwah selama 1000 tahun, namun yang mengikut beliau sedikit sekali.

وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ

“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”. (QS. Hud: 40)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang beriman di waktu itu hanya 80 orang!!! Ini berarti dalam 10 tahun belum tentu ada 1 orang yang beriman dengan nabi Nuh AS.

Nabi Yusuf AS juga berkorban harus terbuang dari ayah yang sangat menyayanginya sekian puluh tahun akibat dari kedengkian saudara-saudaranya. Namun dalam masa yang panjang tersebut justeru Nabi Yusuf AS melaluinya dengan berbagai prestasi-prestasi hebat, dari sumur ke istana, lalu dari penjara dan kembali ke istana sebagai pemimpin yang menyelamatkan manusia dari krisis pangan tujuh tahun.

Demikian pula 7 orang pemuda Ashabul Kahfi harus bersembunyi di dalam gua demi menyelamatkan iman sehingga mereka ditidurkan Allah Swt selama 309 tahun. Agar kita mengenang sejarah pengorbanan mereka.

Dan puncaknya adalah pengorbanan Khalilullah Nabi Ibrahim AS yang mengorbankan harta, tenaga bahkan anak kandung beliau sendiri.

الله أكبر…  الله أكبر … الله أكبر … ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur-figur teladan yang menjadi acuan dan menginspirasi perubahan besar dalam kehidupan kita. Allah Swt menjadikan Nabi Ibrahim As dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa, Allah Swt berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya”. (QS Al Mumtahanah, ayat:4).

Marilah sejenak kita tadabburi kisah pengorbanan beliau yang terekam dalam surat As Shaffat dari ayat 100-111:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Wal Muslimat Hafizhakumullah…

Ada beberapa mutiara pelajaran dari sepenggal kisah tersebut:
1. Panggilan yang baik akan menjadi doa yang baik. Lihatlah nama panggilan yang dipilih oleh nabi Ibrahim terhadap puteranya. “Ya Bunayya”: wahai anakku tersayang. Sehingga sang anak pun terpanggil dan menjawab: “Ya Abati”: wahai ayahku tersayang.

2. Nabi Ibrahim AS berdialog dalam urusan besar dengan anaknya, urusan tersebut sebenarnya telah Haqqul Yaqin namun Ibrahim AS tidak takut dengan jawaban negatif dari anaknya karena Ismail adalah anak hasil didikannya sendiri.

Lihatlah dan bandingkan dengan orang tua di masa sekarang. Panggilan apa yang digunakan untuk memanggil anaknya? Selanjutnya lihatlah sejauh mana mereka berdialog dengan anak-anaknya? Kebanyakan orang tua di masa sekarang tidak berani berdialog dengan anak-anaknya karena anak mereka bukan hasil didikan mereka namun didikan orang lain. Orang tua sekarang banyak berprofesi sebatas pengasuh terhadap anaknya. Lihatlah jika anaknya pulang sekolah apa yang ditanyakannya? Sudah makan nak? Sudah mandi dan ganti pakaian nak?

Jika sebatas pengasuh, binatang pun tak kalah hebatnya. Di televisi kita melihat bagaimana induk rusa mampu menyelamatkan anaknya dari kejaran singa. Begitupula binatang yang lain. Yang membedakan orang tua manusia dengan orang tua binatang adalah orang tua manusia di samping menjadi pengasuh juga pendidik bagi anak-anaknya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Hadhirin Wal Hadhirat Jama’ah Idul Adha Yang Dimuliakan Allah…

Diriwayatkan oleh Imam Abu Al Laits As Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin: Pada masa Umar bin Al Khattab RA seorang ayah datang menjumpai khalifah dan mengadukan perihal kedurhakaan anaknya. Sang khalifah memanggil sang anak dan berkata: Wahai anak.. Tidakkah kau takut kepada Allah karena kedurhakaanmu terhadap ayahmu? Sesungguhnya ayahmu memiliki hak-hak ke atasmu.
Lalu sang anak berkata: Wahai khalifah… Apakah hak-hak anak ke atas ayahnya?
Sang Khalifah Umar bin Al Khattab menjawab: Hak anak ke atas ayahnya sekurang-kurangnya ada 3 perkara:
Pertama, hendaknya dipilihkan ibundanya yang baik
Kedua, hendaknya diberikan nama yang indah
Ketiga, hendaknya diajarkan Al Quran
Sang anak berkata: Demi Allah wahai khalifah… sungguh aku tidak mendapatkan apa-apa dari tiga perkara tersebut. Ibundaku hanyalah seorang budak wanita majusi yang ia beli seharga 400 dirham. Dan ia tidak memberiku nama yang baik, ia beri namaku “Ju’lan” (upah), dan ia tidak pernah mengajarkanku sedikitpun Al Quran.
Mendengar penuturan anak, Umar bin Khattab berang dan menghadap sang ayah seraya berkata: Sungguh engkau telah mendurhakai anakmu sebelum ia mendurhakaimu!!!

Setiap anak dilahirkan dalam kondisi suci, anak berubah menjadi tidak baik karena hasil didikan orang tuanya. Pepatah Aceh mengatakan: “Kiban u meunan minyeuk, kiban ku meunan aneuk” (Sebagaimana kelapa begitulah minyak, sebagaimana orang tua begitulah anak).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Sebagian kaum Ibu juga dengan mudahnya mengancam anak jika durhaka dengan sebuah hadits Nabi SAW:

الجنة تحت أقدام الأمهات

“Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu”. (HR. Al Qudha’i dari Anas bin Malik RA).

Hadits ini tidak boleh difahami hanya dari satu sisi tanpa sisi lainnya. Jika kita lihat dengan cermat hadits tersebut berbunyi Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu. Mengapa Rasulullah SAW menyebutkan telapak kaki? Mengapa tidak telapak tangan? Karena kaki adalah simbol langkah, arah dan usaha. Hadits ini seharusnya difahami: wahai ibu jika kalian ingin anak kalian masuk ke dalam surga hendaklah benar-benar kalian arahkan dan didik anak-anak kalian!!!

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Selanjutnya mari kita kembali bersama kisah pengorbanan hebat itu hingga ke detik-detik penentuan hingga Ismail menjawab:

قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Ia menjawab: “Hai ayahku tersayang, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ini menggambarkan bahwa Ismail adalah anak yang sangat lemah lembut terhadap orang tuanya. Dalam urusan hebat yang akan merenggut nyawanya sekalipun, karena itu adalah perintah Allah ia berkata: Ya Abati (Wahai ayahku tersayang). Ismail adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya. Banyak anak tidak peduli dengan keridhaan orang tuanya. Jangankan berurusan dengan nyawa sekedar membuat minuman untuk orang tuanya pun berat.

Bahkan di zaman ini kita melihat ada orang yang rajin beribadah, ke masjid, ke Mekkah namun ia tidak berbakti kepada orang tuanya. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

ليعمل البار ما شاء أن يعمل فلن يدخل إلا الجنة ، وليعمل العاق ما شاء أن يعمل فلن يدخل إلا النار

“Silahkan anak yang berbakti berbuat semaunya, kelak ia akan masuk ke dalam surga. Dan silahkan anak durhaka beramal semampunya, kelak ia akan masuk ke dalam neraka”. (Kanzul Ummal HR. Al Hakim “Tarikh” dari Muadz bin Jabal).

Jawaban Ismail juga menunjukkan ia dididik dengan pendidikan tauhid luar biasa. Ia senantiasa bersama Allah baik dalam tingkah laku maupun tutur katanya. Ia mengatakan In Sya Allah “Atas Seizin Allah”, ini tidaklah asing karena sang ayah adalah bapak Tauhid hebat. Dan inilah yang harus ditanamkan kepada anak. Bukannya cinta uang, pangkat dan jabatan. Tapi cinta akhirat, cinta Allah SWT dan RasulNya SAW. Sehingga akan lahir anak-anak seperti masa Rasulullah SAW dan para sahabat RA.

Di masa sekarang banyak orang tua menyekolahkan anaknya dan mengatakan: rajin-rajin belajar wahai anakku, kelak engkau akan menjadi orang sukses dan punya banyak uang. Kelak engkau akan jadi bupati, gubernur atau seumpamanya. Jadi pendidikan diajarkan untuk cinta dunia. Mencari kesenangan dunia dengan ilmu, bukan mencari Allah dengan ilmu.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Kisah pengorbanan hebat itupun berlanjut:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106)

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”. (QS. As Shaffat: 103-106).

Perjuangan dengan kesungguhan dan azam yang kuat akan mendatangkan bantuan Allah Swt. Ibrahim benar-benar siap untuk melaksanakan perintah Allah tersebut, Ismail demikian pula. Sehingga bantuan Allah SWT datang dengan Jibril yang membawa seekor kambing besar sebagai tebusan akan Ismail dan setelah itu akan menjadi sebuah syariat besar yang dilaksanakan setiap tahun dan berketerusan hingga ribuan tahun selanjutnya dan hingga ke masa kita saat ini, hingga ke hari Allah wariskan bumi ini kepada mereka.

Menjadi pertanyaan besar… Mengapa untuk syariat Qurban Allah SWT menjadikan sebab musababnya dengan kisah Ibrahim yang hampir menyembelih Ismail? Mengapa tidak langsung dengan perintah menyembelih kambing? Bukankah Ibrahim juga memiliki hewan ternak kambing? Dan selanjutnya mengapa Allah SWT gantikan Ismail dengan kambing besar yang menurut sebahagian riwayat ia adalah kurban Habil putera nabi Adam AS?

Agar umat tahu, sadar dan terpanggil untuk melakukan ibadah qurban. Selanjutnya Qurban bukan sebatas menyembelih hewan ternak. Namun juga menyembelih sifat kikir dan bakhil yang mungkin selama ini telah menguasai jiwa kebinatangan kita. Sehingga tidak peduli dengan kondisi masyarakat susah di sekitarnya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Perlu diketahui pula, Ibrahim AS hebat karena mendapat dukungan dari sang isteri Siti Hajar yang hebat pula dalam mendampinginya. Ketika Ibrahim AS meninggalkan Hajar dan Ismail di padang tandus Hajar bertanya: Wahai suamiku Ibrahim.. Apakah engkau hendak meninggalkan kami? Ibrahim diam. Hajar kembali bertanya: Apakah ini perintah dari Tuhanmu wahai Ibrahim? Ibrahim mengangguk-angguk. Hajar pun menjawab:

إذن لن يخيبنا الله

“Jika demikian, Allah pasti tidak akan mengabaikan kami”.
Wahai para isteri, bantulah suamimu untuk tetap istiqamah di jalan Allah.

Pada masa Hasan Al Basri: ketika ia masuk pasar di kota Basrah ia menjumpai seorang pedagang kain yang memuji-muji barang dagangannya bahkan ia bersumpah dengan nama Allah akan bagusnya kain-kain yang bersamanya. Sang imam meninggalkan pemuda tersebut, karena sumpah menghilangkan keberkahan pada barang dagangan.

Selang beberapa tahun imam Hasan Al Basri berangkat melaksanakan haji. Tepat di depan ka’bah sang Imam bertemu kembali dengan pemuda pedagang kain tersebut namun dengan wajah yang berbeda. Pemuda tersebut tampak khusyuk dan wajahnya bersinar berbeda dengan beberapa tahun lalu. Sang imam menghampiri pemuda sehingga sang pemuda mengatakan: wahai imam… Dahulu aku memiliki isteri yang jika aku hendak berangkat ia mengingatkanku agar jangan kembali melainkan dengan harta yang banyak. Jika banyak aku bawa ia menganggapnya sedikit, dan jika sedikit yang aku bawa ia anggap tidak ada.

Tepat setahun yang lalu ia meninggal sehingga Allah gantikan bagiku isteri yang setiap kali aku hendak keluar rumah ia mengantarkan ku ke depan pintu seraya berkata: wahai suamiku

اتق الله فينا، فلا ترجع إلا بحلال، لأن نصبر على جوع الدنيا خير لنا من أن نصبر على جوع الآخرة

“Bertaqwalah kepada Allah terhadap urusan kami, janganlah kamu pulang melainkan dengan yang halal. Sungguh kesabaran kami terhadap kelaparan di dunia lebih baik dari pada kami menanggung kelaparan di akhirat”.

Wahai para suami, bertaqwalah dalam mendidik anak dan isteri. Berlemah lembutlah, berpenyayanglah terhadap keluarga. Bekerjalah untuk membahagiakan dan mengangkat derajat keluargamu, itulah sebaik-baik jihad di masa ini. Masa yang manusia tidak peduli halal atau haram yang ia makan. Semoga Allah SWT memudahkan jalan kebahagiaan dunia dan akhirat kita semua.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Sidang jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah…

Syaikh Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang sederhana, “karena,” kata Syaikh Arselan. “orang-orang barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya”.
Lalu mengapa anda tidak berkorban untuk agama anda?

Jika kita perhatikan, seseorang biasanya berkorban disebabkan dua perkara penting:
1. Keyakinan yang kuat (faktor kuat dan keras), seperti: Rasulullah Saw, Abu Bakar as Shiddiq, Salman al Farisi dan para sahabat lainnya.
2. Kecintaan yang sangat (faktor lembut), seperti: cinta orang tua terhadap anaknya. Cintanya para wali Allah Swt kepada Allah Swt. Cintanya seseorang terhadap rahmat Allah Swt.

Dengan demikian seseorang tidak berkorban disebabkan kurangnya keyakinan dan ketiadaan cinta.

Terus terang kita melihat semangat pengorbanan di masyarakat kita makin hari makin berkurang. Kita terkadang berkorban perasaan dengan memaafkan saudara saja sangat kesulitan.
Ada sebahagian untuk berkorban sebahagian hartanya sulit masya Allah. Padahal harta yang bersamanya adalah harta Allah, titipan Allah yang seharusnya dipergunakan dan dibelanjakan kepada para hamba Allah.

Ada sebahagian lainnya sangat pandai mengkritik, siapa saja bisa dikritiknya, mulai dari presiden berbagai belahan dunia, gubernur, geuchik sampai setiap pribadi mampu ia kritik. Namun jika ditanya apa yang sudah kamu lakukan untuk agama ini, ia akan kebingungan menjawabnya.

Bagaimana tidak kebingungan, mana anak yatim yang telah ia perhatikan? Mana orang miskin yang sudah ia tanggung makan minumnya? Mana anak Ibnu Sabil atau Fi Sabilillah yang telah ia curahkan bantuannya? Jangankan itu, tetangga sebelah rumahnya yang kelaparan pun ia tidak tahu bahkan tidak mahu tahu sama sekali.

Bayangkan sekiranya Rasulullah Saw bersama kita, melihat sikap dan tingkah laku kita sehari-hari seperti yang telah kita dengarkan bersama tadi, adakah Rasulullah Saw senang dan tersenyum? Ataukah kita yang akan merasa malu?

Hiduplah seolah Rasulullah Saw masih hidup bersama kita. Karena Rasulullah Saw adalah nabi hingga ke akhir zaman, oleh karena itu selayaknya kita rasakan beliau hidup bersama kita walau bukan secara jasad namun hiduplah bersama sunnah-sunnah beliau Saw.

Sidang hadirin wal hadirat jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah Swt.

Semangat pengorbanan hakikatnya lahir dari perasaan tanggung jawab. Seorang ayah sanggup berkorban apa saja demi mencari nafkah karena ia merasa bertanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga.

Seorang pemuda menjumpai Umar bin Khattab Ra: “Wahai khalifah saya ingin menceraikan isteri saya”. Umar bertanya: “Mengapa?”. Sang pemuda menjawab: “Saya sudah tidak menyukainya lagi, saya sudah tidak mencintainya lagi”. Umar menjawab: “Wahai anak muda… Apakah setiap rumah dibangun dengan cinta? Manakah tanggung jawabmu sebagai seorang suami?”. Sang pemuda tertegun dan tidak jadi menceraikan isterinya.

Benar… hidup rumah tangga dengan hanya modal menuntut berbeda hidup rumah tangga dengan banyak berkorban. Rumah tangga yang pertama digambarkan dengan rumah tangga yang dibangun dengan semangat orang miskin, tahunya hanya menuntut. Sedangkan rumah tangga kedua adalah rumah tangga bahagia rumah tangga orang kaya yang dibangun dengan semangat memberi.

Sunnatullah telah tergariskan bahwa semakin banyak kita memberi semakin banyak yang kita dapatkan. Semakin banyak pengorbanan yang kita kerahkan maka semakin besar hasil yang akan diperoleh. Marilah kita hidupkan semangat pengorbanan sebagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Siti Hajar, pengorbanan Nabi Saw membangun umat dan mewariskan ilmu agama demi keselamatan kita dunia dan akhirat.

أقول قولي وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم…
    

KHUTBAH KEDUA

الله أكبر (7 مرات) ولله الحمد. الحمد لله الذي جعلنا أمة وسطا لنكون شهداء على الناس ويكون الرسول علينا شهيداً . أشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين، وأشهد أن محمداً رسول الله الصادق الوعد الأمين . اللهم صل وسلم على سيد الغر المحجلين المبعوث رحمة للعالمين سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .

أما بعد ، فيا أيها الحاضرون والحاضرات . . . أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. قال الله تعالى في القرآن الكريم :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم .
اللهم اغفر الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ ، اِسْتَجِبْ لَناَ ياَ رَبَّناَ ياَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ .
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ .
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِناَ ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِناَ، وَوَحِّدْ صُفُوْفَناَ ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَناَ عَلَى الْحَقِّ وَثَبِّتْ أَقْدَامَناَ ، وَانْصُرْناَ عَلىَ الْقَوْمِ الْكاَفِرِيْنَ .
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، وَأَدْخِلْناَ الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ ، ياَ عَزِيْزُ ياَ غَفَّارُ ياَ رَبَّ الْعاَلَمِيْنَ .
اللَّهُمَّ هَذَا الدُّعَاءُ وَمِنْكَ الإِجَابَةُ وَهَذَا الْجَهْدُ وَعَلَيْكَ التُّكْلاَن .
وَصَلىَّ اللهُ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
عباد الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فاذكروا الله يذكركم ولذكر الله أكبر. والله يعلم ما تصنعون.
سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلا أنت ، أستغفرك وأتوب إليك .
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته .
    

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.