-Fikih Fikih Ibadah Konsultasi Syariah Bersama Ustadz

Menjamak Shalat Namun Tak Ingin Ketinggalan Shalat Sunnat Rawatib? Ini Dia Penjelasannya

Menjamak Shalat Namun Tak Ingin Ketinggalan Shalat Sunnat Rawatib

Menjamak Shalat Namun Tak Ingin Ketinggalan Shalat Sunnat Rawatib

Assalamualaikum wr wb.

Ustadz yang berbahagia. Saya sering bermusafir sehingga sering menjamak dan mengqashar shalat.
Apakah ada anjuran shalat sunat rawatib pada shalat jamak? Jika ada saya sangat berharap penjelasannya dari Ustadz.

Terimakasih.

Pak Pon

Jawaban:

Waalaikum Salam wr wb.
Alhamdulillah Pak Pon peduli dengan shalat sunnat rawatib. Peduli dengan sunat akan menjadikan kita lebih peduli dengan perkara yang wajib.

Shalat sunat rawatib adalah shalat sunat yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Shalat sunat rawatib dapat memperbaiki kekurangan pahala pada shalat fardhu. Dan shalat sunat Rawatib terbagi dua:

Pertama: Muakkadah (sangat kuat anjurannya). Terdapat sepuluh rakaat: masing-masing dua rakaat sebelum shubuh, sebelum dan sesudah zhuhur, setelah maghrib dan sesudah isya.

Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. terdapat dalam shahih Al Bukhari no. 1126 dan Muslim no. 729:

حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات: ركعتين قبل الظهر، وركعتين بعدها، وركعتين بعد المغرب في بيته، وركعتين بعد العشاء في بيته، وركعتين قبل صلاة الصبح

“Saya menghafal dari Nabi saw. sepuluh rakaat: dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah Isya di rumahnya dan dua rakaat sebelum Shubuh”.

Kedua: Ghair Muakkadah (tidak begitu kuat anjurannya seperti yang pertama) :
Yaitu dua rakaat lain sebelum dan sesudah Zhuhur (HR. Al Bukhari no. 1127 dan Muslim no. 730), empat rakaat sebelum Ashar dengan cara dua-dua rakaat (HR. At Tirmidzi no. 430), dua rakaat sebelum Maghrib (HR. Al Bukhari no. 599 dan Muslim no. 837), dan dua rakaat sebelum Isya (HR. Al Bukhari no. 601 dan Muslim no. 837).

Adapun pelaksanaan rawatib pada shalat jamak fardhu Maghrib dan Isya maka sunat rawatibnya dilaksanakan setelah kedua shalat fardhu, dengan urutan sunat rawatib Maghrib terlebih dahulu lalu rawatib Isya.

Imam An Nawawi dalam Raudhat At Thalibin 1/402 mengatakan:

في جمع العشاء والمغرب يصلي الفريضتين ثم سنة المغرب ثم سنة العشاء ثم الوتر .

“Dalam jamak Isya dan Maghrib maka dilakukan kedua shalat fardhu lalu sunat maghrib lalu sunat Isya baru kemudian shalat witir”.

Imam Zakariya Al Anshari dalam Asna Al Mathalib 1/ 245 menguatkan pernyataan tersebut dan mengatakan:

وفي الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ يُصَلِّي الْفَرِيضَتَيْنِ ثُمَّ السُّنَنَ مُرَتَّبَةً سُنَّةَ الْمَغْرِبِ ثُمَّ سُنَّةَ الْعِشَاءِ ثُمَّ الْوِتْرَ” انتهى .

“Pada jamak Maghrib dan Isya dilaksanakan kedua fardhu lalu shalat sunat sesuai urutan yaitu sunat maghrib lalu subat Isya dan shalat witir”.

Sedangkan pelaksanaan rawatib pada jamak Zhuhur dan Ashar boleh melakukan sunat Zhuhur sebelumnya, lalu melaksanakan fardhu Zhuhur dan fardhu Ashar kemudian melaksanakan sunnat Zhuhur bakdiyah dan sunat Ashar qabliyah.

Imam An Nawawi dalam Raudhat At Thalibin 1/402 mengatakan:

وأما في الظهر : فالصواب الذي قاله المحققون أنه يصلي سنة الظهر التي قبلها ثم يصلي الظهر ثم العصر ثم سنة الظهر التي بعدها ثم سنة العصر” انتهى .

“Adapun pada shalat Zhuhur, yang tepat menurut ahli tahqiq adalah shalat sunat Zhuhur qabliyah lalu shalat fardhu Zhuhur lalu fardhu Ashar, kemudian sunat Zhuhur bakdiyah dan sunat Ashar qabliyah”.

Imam Zakariya Al Anshari menguatkan apa yang dikatakan oleh imam An Nawawi, dalam kitab Asna Al Mathalib 1/245 beliau mengatakan:

وَإِنْ جَمَعَ تَقْدِيمًا بَلْ أو تَأْخِيرًا في الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ صلى سُنَّةَ الظُّهْرِ التي قَبْلَهَا ثُمَّ الْفَرِيضَتَيْنِ الظُّهْرَ ثُمَّ الْعَصْرَ ثُمَّ بَاقِيَ السُّنَنِ مُرَتَّبَةً أَيْ سُنَّةَ الظُّهْرِ التي بَعْدَهَا ثُمَّ سُنَّةَ الْعَصْرِ .

“Jika menjamak taqdim atau jamak takhir pada shalat zhuhur dan Ashar hendaknya ia melaksanakan sunat zhuhur qabliyah terlebih dahulu, lalu kedua fardhu yaitu fardhu Zhuhur dan fardhu Ashar kemudian rawatib lainnya sesuai dengan urutannya, yaitu: sunat Zhuhur bakdiyah kemudian sunat Ashar Qabliyah”.

Dengan demikian jelaslah sunat rawatib tidak gugur dengan pelaksanaan jamak shalat fardhu, ia tetap dianjurkan.

Adapun tata cara pelaksanaannya adalah sesuai tertib diatas. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Pada jamak Maghrib dan Isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir: melaksanakan kedua fardhu terlebih dahulu, lalu sunat rawatib maghrib bakdiyah lalu sunat Isya bakdiyah.
Khusus pada jamak takhir boleh melaksanakan sunat maghrib bakdiyah setelah fardhu Maghrib sebelum pelaksanaan fardhu Isya (Mughni Al Muhtaj 1/275), sebab pada jamak takhir tidak disyaratkan muwalat antara fardhu Maghrib dengan fardhu Isya.

2. Pada jamak Zhuhur dan Ashar baik jamak taqdim maupun jamak takhir shalat sunat Zhuhur qabliyah terlebih dahulu, lalu melaksanakan fardhu zhuhur dan fardhu Ashar, lalu sunat Zhuhur bakdiyah dan sunat Ashar qabliyah.
Boleh saja menangguhkan sunat Zhuhur qabliyah untuk dilakukan setelah shalat Ashar baik pada jamak taqdim maupun pada jamak takhir. Dan boleh melaksanakan sunat Zhuhur bakdiyah setelah shalat fardhu Zhuhur sebelum fardhu Ashar hanya pada jamak takhir. (Mughni Al Muhtaj 1/275).

Wallahu A’la wa A’lam

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.