Pertanyaan:
Assallammuallaikum ustad,saya seorang istri sekaligus ibu dari 2 anak,ustad saya baru kehilangan anak saya tanggal 18 januari kemarin yang usianya 16 bulan.Tentu hancur hati saya ustad,kehilangan anak yg lagi bijak bijaknya,bagaimana solusinya ustad agar saya tidak kepikiran anak saya terus,kalau lagi sholat pun saya sering menangis.saya ingin mencari kegiatan diluar rumah seperti kerja tapi tidak diizinkan suami ustad.tolong beri saya solusi ya ustad…assallammuallaikum warohmatullahi wabarahkatuh.
Jawaban:
Waalaikum Salam wr wb
Ibu yang dimuliakan Allah Swt.
Hidup kita di dunia ini tidak lepas dari suka dan duka. Hebatnya peribadi mukmin senantiasa beruntung dalam kedua kondisi tersebut. Ia tahu bahwa suka dan duka adalah cobaan dari Allah Swt. Oleh karena itu ketika suka ia banyak bersyukur dengan memanfaatkan pemberian Allah Swt tepat pada tujuan yang diridhai oleh Allah Swt. Dan ketika duka ia banyak bersabar, karena hakikatnya cobaann yang sedang ia hadapi adalah peluang untuk mencapai derajat yang paling tinggi. Demikian makna yang terdapat dalam hadits shahih Muslim dari Shuhaib Ar Rumi Ra.
Cobaan diberikan bagi orang yang kuat imannya:
Rasulullah Saw juga bersabda, bahwa setiap kita diuji sesuai kadar keimanan kita. Para Nabi dan Rasul adalah orang yang paling berat ujiannya, selanjutnya para aulia dan orang-orang yang mirip kadar keimanannya seperti mereka. Agar mereka meraih pahala kesabaran yang tiada terhingga sama sekali.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar yang disempurnakan pahalanya tanpa terkira”. QS. Az Zumar ayat 10.
Diantara cobaan yang paling berat dirasakan oleh orang tua adalah ketika ia diuji dengan meninggalnya sang anak kandung yang merupakan buah hatinya. Kita melihat Rasulullah Saw juga diuji demikian hebat dengan meninggalnya ketiga putera beliau di usia balita. Bahkan 3 dari 4 puteri beliau juga meninggal semasa beliau Saw masih hidup. Kecuali Fathimah Ra yang meninggal lebih kurang 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah Saw.
Berita gembira bagi orang tua yang meninggal anaknya:
عَنْ أَبِي سِنَانٍ قَالَ دَفَنْتُ ابْنِي سِنَانًا وَأَبُو طَلْحَةَ الْخَوْلانِيُّ جَالِسٌ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَلَمَّا أَرَدْتُ الْخُرُوجَ أَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ أَلا أُبَشِّرُكَ يَا أَبَا سِنَانٍ قُلْتُ بَلَى فَقَالَ حَدَّثَنِي الضَّحَّاكُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَرْزَبٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ : ” ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ ” رواه الترمذي
“Dari Abu Sinan ia berkata: Aku mengubur anakku Sinan, dan Abu Thalhah Al Khaulani sedang duduk di tepi makam anakku. Ketika aku hendak beranjak ia memegang tanganku dan berkata: Maukah engkau aku beritakan kabar gembira wahai Abu Sinan?
Aku berkata: tentu!
Abu Thalhah berkata: aku dikabarkan oleh Ad Dhahhak bin Abdurrahman bin Arzab dari Abu Musa Al Asy’ari bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Jika anak seorang hamba meninggal, Allah Swt berfirman kepada malaikatnya: “Kalian telah mengambil ruh anak hambaKu?”.
Para malaikat menjawab: “Benar”.
Allah Swt berfirman: “Kalian ambil buah hatinya?”.
Para malaikat menjawab: “Benar”.
Allah Swt berfirman: “Apa yang dikatakan oleh hambaKu?”.
Para malaikat menjawab: “Ia memujiMu dan mengucapkan tarji’ (innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun)”.
Lalu Allah Swt berfirman: “Dirikan untuk hambaKu rumah di surga, dan namakan rumah tersebut Rumah Al Hamd”. (HR. At Tirmidzi).
Karena itu saya mengucapkan Selamat kepada Ibu!
Allah Swt telah menyiapkan rumah yang sangat megah di surga.
Jikalau dalam hadits disebutkan bahwa tempat cemeti di surga lebih berharga dari dunia dan seluruh isinya apatah lagi rumahnya tentu sangat istimewa. Namun dengan 2 syarat:
1. Ridha terhadap ketentuan Allah Swt dengan memujiNya
2. Shabar dengan mengucapkan kata yang diridhai Allah Swt, bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepadaNya.
Anak yang meninggal di usia balita akan menunggu kedua orang tuanya di pintu surga:
Imam Ahmad dan Imam An Nasa-i dari Muawiyah bin Qurrah dari ayahnya meriwayatkan bahwa anak yang meninggal di masa kecilnya kelak akan menunggu orang tuanya di depan pintu surga.
أنه كان رجل يأتي النبي صلى الله عليه وسلم ومعه ابن له, فقال النبي صلى الله عليه وسلم:”أتحبه؟” فقال: يا رسول الله, أحبك الله كما أحبه؛ فتفقده النبي صلى الله عليه وسلم فقال: “ما فعل ابن فلان؟” فقالوا: يا رسول الله مات, فقال النبي صلى الله عليه وسلم لأبيه:”أما تحب أن تأتي باباً من أبواب الجنة إلا وجدته عليه ينتظرك؟” فقال رجل: يا رسول الله, أله خاصة أم لكلنا؟ فقال صلى الله عليه وسلم: “بل لكلكم “
Seorang pemuda mendatangi Nabi Saw bersama anaknya.
Rasulullah Saw bertanya: “Apakah kamu mencintainya?”
Sang pemuda berkata: wahai Rasulullah Saw semoga Allah mencintaimu sebagaimana aku mencintai anakku.
Lalu selang beberapa waktu Rasulullah Saw mencari-cari pemuda tersebut dan bertanya: “Bagaimana kondisi anak si fulan?”.
Para Sahabat menjawab: Wahai Rasulullah, anaknya telah meninggal.
Lalu Rasulullah Saw bersabda kepada ayahnya: “Apakah kamu suka kelak engkau mendatangi pintu-pintu surga lalu engkau mendapati anakmu menunggumu di sana?”.
Seorang sahabt lainnya bertanya: wahai Rasulullah, apakah keutamaan tersebut hanya untuknya khusus atau juga untuk setiap kami?
Radulullah Saw bersabda: “Untuk kalian semuanya”.
Doa yang dibaca ketika tertimpa musibah:
Dalam hadits shahih riwayat imam Muslim dari Umi Salamah Ummul Mukminin Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ ( إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ) اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
“Tidak ada seorang muslim ditimpa musibah lalu ia mengucapkan apa yang diperintahkan Allah Swt baginya:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
(Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali. Ya Allah berikanlah pahala bagiku dalam musibahku, dan gantikanlah bagiku yang lebih baik darinya)
Melainkan Allah Swt akan menggantikan yang lebih baik darinya”.
Karena itu jalanilah taqdir yang telah diputuskan Allah Swt dari sebelum Allah Swt menciptakan langit dan bumi. Taqdir tersebut telah tertulis dari sejak ibu melahirkan bahkan dari sejak ibu sendiri dilahirkan.
Ridhalah, kelak kita akan bertemu di akhirat. Anggaplah ianya sebagai tabungan di akhirat. Dan patutlah berbahagia karena telah ada yang menunggu ibu di depan pintu surga sana.
Adapun pesan sang suami untuk tetap di rumah, ada baiknya juga. Karena hakikatnya kaum wanita itu di dalam rumah tanggung jawabnya yang paling besar. Sehingga ibu tidak banyak lelah karena banyak kegiatan di luar. Dan ibu banyak kesempatan untuk melaksanakan amalan-amalan shaleh untuk lebih dekat kepada Allah Swt melalui shalat-shalat sunnat, membaca al Quran, istighfar, selawat dan zikir-zikir lainnya.
Wabillahit Taufiqَ