-Fikih Akhlak Akidah

Syakban: Sejarah Dan Keagungannya

Keagungan dan Peristiwa di Bulan Syakban

Keagungan dan Peristiwa di Bulan Syakban

Syakban adalah bulan ke delapan dalam tahun hijriah. Dinamakan Syakban dari kata Sya’bun yang berarti cabang. Sya’baan artinya banyak cabang, sebab kebaikan di dalamnya bercabang-cabang karena begitu banyaknya. Adapun dahulu orang Arab menamakan Syakban karena mereka berpencar-pencar dalam mencari air di bulan tersebut, dan juga berpencar-pencar untuk berperang setelah sebulan di Rajab mereka mengharamkan diri dari menumpahkan darah. (Lisan Al Arab, 1/502).

Adalah bulan-bulan Rajab, Syakban dan Ramadhan silsilah dzahabiyah (rantai emas) yang berkesinambungan yang dimuliakan Rasulullah Saw, sahabat, tabi’in dan ulama-ulama setelahnya. Salafunassahaleh mengatakan Rajab adalah bulan menanam bibit, Syakban masa menyiramnya, dan Ramadhan masa memanen apa yang telah kita tanam. Sebahagian ulama mengumpamakan Rajab sebagai angin, Syakban mendung, dan Ramadhan masa turunnya hujan. (Latha-if Al Ma’arif, hal. 170).

Maksudnya adalah orang yang membiasakan diri melakukan ketaatan di bulan Rajab dan Syakban maka tiba Ramadhan kebiasaan positif tersebut akan mudah diamalkan dengan istiqamah tanpa ada kesulitan dan keterpaksaan.

Syakban Bulan Puasa Sunnat

Adalah Rasulullah Saw banyak sekali berpuasa di bulan Syakban karena pada bulan ini diangkatnya amalan manusia sebagai laporan tahunan kepada Allah Swt.

Usamah bin Zaid Ra bertanya kepada Rasulullah Saw tentang seringnya beliau berpuasa di bulan Syakban. Rasulullah Saw menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Itu adalah bulan yang dilupakan manusia yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan, dan ia adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Rabb semesta alam, maka aku menginginkan amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa”. (HR. Ahmad dan An Nasa-i).

Demikian pula Sayyidah Aisyah Ra mengatakan:

كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلا قَلِيلاً

“Adalah Nabi Saw biasa berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali hanya sedikit hari saja (yang beliau tidak berpuasa).” (HR. Muslim)

Imam An Nawawi daam Syarah Shahih Muslim 8/37 mengatakan: “Berdasarkan hadis-hadis tersebut maka selayaknya dalam satu bulan tersebut tidak terlewatkan demikian saja tanpa ada puasa Sunnah”.

Syakban Bulan Qadha Puasa

Di bulan Syakban dianjurkan mengqadha’ puasa sunnat yang terkait dengan waktu, demikian yang dilakukan oleh Rasulullah Saw sebagaimana kebiasaan beliau mengqadha’ shalat sunnat setelah berlalu waktu sebab disibukkan dengan berbagai urusan. Demikian pula orang yang masih memiliki utang puasa di bulan Ramadhan jika belum diqadha’ hendaknya diqadha’ di bulan Syakban, demikianlah yang dilakukan oleh Sayyidah Aisyah Ra sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hanbali dalam Latha-if Al Ma’arif hal. 186.

Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan perkataan beliau Ra:

كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ

“Adalah saya memiliki kewajiban puasa Ramadhan (yang belum terlunasi), tidak mampu saya qadha’ melainkan di bulan Syakban”.

Hal ini disebabkan beliau disibukkan dengan berkhidmah kepada Rasulullah Saw. dan bila tiba Syakban Rasulullah Saw berpuasa hampir sebulan penuh sehingga menjadi kesempatan bagi beliau untuk mengqadhaknya.

Syakban Bulan Perpindahan Qiblat ke Masjidil Haram

Keagungan Syakban juga kembali kepada sejarah-sejarah agung yang pernah terjadi di bulan ini. Diantaranya adalah sejarah perpindahan qiblat dari Masjid Al Aqsha di Palestina kepada Ka’bah di Masjid Al Haram setelah 17 bulan 3 hari lebih dan kurang Rasulullah Saw berhijrah ke kota Madinah, lalu pada hari Selasa 15 Syakban tahun 2 hijriyah datanglah perintah dari Allah Swt agar berkiblat ke Masjid Al Haram. (Al Jami’ li Ahkam Al Quran karya Imam Al Qurthubi).

Syakban Bulan Selawat

Sejarah lain yang pernah terjadi di bulan Syakban adalah diturunkannya ayat 56 dari surat Al Ahzab:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Karena itu di kalangan kaum muslimin terdahulu bulan Syakban dikenal juga dengan bulan selawat kepada Nabi Saw. hal ini berdasarkan riwayat Imam al Qasthalani dalam kitabnya Al Mawahib al Laduniyah.

Karena itu perbanyakkanlah selawat kepada Rasulullah Saw dengan sebanyak-banyaknya.

Mana Lebih Baik Membaca Alquran atau Berselawat?

Namun ada pertanyaan aneh yang muncul di tengah-tengah masyarakat kita akhir-akhir ini. Mereka bertanya dan mengatakan bukankah membaca Al Quran jauh lebih baik dari pada berselawat kepada Nabi Saw? Pertanyaan ini tidak seharusnya berlaku. Untuk apa pertanyaan ini? Apakah jawabannya akan dijadikan alasan untuk meninggalkan selawat kepada Rasulullah Saw?

Al Quran dari segi zatnya ia tentu tiada tandingan ia adalah kalam Allah Swt. Sedangkan selawat yang dibacakan adalah lafazh dari kita. Adapun dari segi fadhilat Rasulullah Saw bersabda: Setiap huruf yang dibaca memiliki fadhilat 10 pahala. Alif laam miim bukanlah satu huruf tapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf. (HR. At Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud: Shahih).

Sedangkan tentang selawat, Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

“Siapa yang berselawat kepadaku sekali, Allah Swt berselawat kepadanya sepuluh kali”. (HR. Muslim).

Sekali Allah Swt berselawat kepada kita lebih baik dari dunia dan seluruh isinya, bagaimana jika Allah Swt berselawat kepada kita sebanyak 10 kali. Tentu sebuah keistimewaan yang tiada taranya. Dan perlu dicatat bahwa makna selawat di sini adalah rahmat dan ampunan.

Bagaimana banyaknya sahabat dan kaum muslimin di masa salafunas shaleh berselawat kepada Nabi Saw? Salah seorang sahabat Ubay bin Ka’ab Ra pernah berdialog bersama Rasulullah Saw:

إني أكثر الصلاة عليك. فكم أجعل لك من صلاتي؟

“Wahai Rasulullah… Sesungguhnya aku banyak berselawat kepadamu. Berapa banyak aku jadikan selawatku kepadamu? Rasulullah Saw menjawab: “Terserahmu”.

Seperempat?

“Terserahmu, jika engkau tambah lebih baik”.

Setengah?

“Terserahmu, jika engkau tambahkan jauh lebih baik”.

Dua pertiga?

“Terserahmu, jika engkau tambahkan jauh lebih baik”.

Jika demikian, akan aku jadikan semua doaku sebagai selawatku kepadamu

إذا تكفى همك ويغفر لك ذنبك

“Jika demikian akan terpenuhi segala hajatmu, dan akan diampuni segala dosamu”. (HR. At Tirmidzi: Hasan).

Wahai kaum muslimin, teruslah berselawat dan perbanyakkanlah berselawat kepada Rasulullah Saw, kelak kita akan mendapatkan syafaat beliau dan akan dekat dengan beliau di akhirat. Saya meriwayatkan dari Syeikh Muhammad Al Hadi bin Muhammad Ubaid ulama Tunisa juga Syeikh Usamah Said Al Mansi dari guru mereka Muhammad Alwi Al Maliki bahwa sekurang-kurang jumlah sempurna dalam selawat kepada Nabi Saw dalam sehari semalam adalah 300 kali.

Syakban Bulan Al Quran

Selayaknya dari bulan Syakban ini kita juga memperbanyak membaca Al Quran. Kita jadikan wirid kita setiap hari. Walaupun membaca Al Quran hakikatnya ibadah agung yang tidak terikat dengan waktu, kapan saja dibaca berpahala. Namun Syakban secara khusus memiliki keistimewaan tersendiri terutama karena salafunas shaleh yang telag memberikan keteladanan kepada kita.

Dalam kitab “Madza fi Syakban” hal. 44 Dr. Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki mengatakan: Dahulu kaum salaf menamakan Syakban juga sebagai bulan Al Quran. Keutamaan Al Quran sangat besar. Yang cinta membaca dan mengamalkan Al Quran dinamakan dengan Ahlullah wa Khaasshatuh. Al Quran sangat baik dibaca di setiap waktu. Namun di bulan Syakban dan Ramadhan lebih utama lagi.

Al Hafizh ibnu Rajab dalam Latha-if al Ma’arif hal. 186 menyebutkan: bahwa para sahabat Rasulullah Saw jika masuk bulan Syakban mereka menyibukkan diri dengan Al Quran. Dan mengeluarkan zakat mereka agar orang-orang miskin kuat berpuasa di bulan Ramadhan.

Siapkan Diri Menyambut Ramadhan Dengan Banyak Bertaubat

Menghadapi bulan Ramadhan harus ada persiapan, sebagaimana tiap kali kita bertemu dengan sesuatu yang agung. Ketika kita menyambut tamu istimewa perlu ada persiapan. Semakin tinggi tingkat kefahaman seseorang terhadap sesuatu semakin tahu bagaimana ia harus berinteraksi dengannya. Ramadhan disebutkan oleh Rasulullah Saw sebagai Syahrun ‘Azhim, Allah Swt menyebutnya sebagai Alladzi Unzila Fihil Quran Hudan Linnaas wa Bayyinatin Minal Huda wal Furqan yaitu bulan yang diturunkannya Al Quran yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia.

Termasuk persiapan yang tidak kalah pentingnya adalah, persiapan hati. Dengan membersihkannya dari dosa-dosa hati yang sangat berbahaya, dimulai dari Kibr atau Takabbur yaitu suka membandingkan diri dengan orang lain, merasa kagum dengan diri sebab banyak pujian atau kesenangan duniawi dari pada orang lain, lalu Riya yaitu suka memamerkan ibadah atau kebaikan yang kita lakukan demi bertahannya pujian orang lain kepada kita, lalu Hasad dengki yaitu ketika ada orang lain yang dilebihkan oleh Allah Swt sehingga timbul keinginan agar karunia yang diberikan Allah Swt tersebut hilang dan dialihkan kepada dirinya.

Itulah 3 dosa hati yang paling berbahaya dari sekian dosa-dosa hati lainnya.

Mudah-mudahan dengan kejujuran niat kita, Allah Swt menjadikan kita orang-orang yang mendapatkan keberkahan Ramadhan dari hari pertama, dan memanjangkan umur kita untuk bertemu dengannya.

Allahumma Aamiiin…

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.