-Fikih Fikih Ibadah

Bolehkah Pelaksanaan Shalat Jumat Dilaksanakan Di Banyak Masjid Yang Berdekatan

Shalat Jumat Dilaksanakan Di Banyak Masjid Yang Berdekatan

Shalat Jumat Dilaksanakan Di Banyak Masjid Yang Berdekatan

[Pokok Pertanyaan: Hukum Shalat Jumat Dilaksanakan Di Banyak Masjid Yang Berdekatan/Ta`addud Jumat]

Assalamualaikum Wr Wb

Ustadz Zikri yang kami muliakan…
Kami perlu penjelasan Ustadz terhadap keresahan hati kami terkait pelaksanaan Jumat kami. Sebab pelaksanaan Jumat sekarang ini sangat banyak. Hampir seluruh desa terdapat masjid yang dilaksanakan Jumat. Sejauh yang kami ketahui seharusnya Jumat tidak dilakukan di daerah yang berdekatan kecuali pada satu masjid saja. Terimakasih banyak…

Wassalam
Jamaah Mesjid PB Tunong – Langsa

Jawaban:
Wa’alaikum Salam Wr Wb
Alhamdulillah baik sekali pertanyaannya Pak…
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa shalat Jumat hukumnya Fardhu ‘Ain kepada setiap laki-laki yang sudah baligh, merdeka dan tidak memiliki uzur untuk meninggalkannya. Ad Daraqutni meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Saw:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فعليه الجمعة يوم الجمعة إلا مريضاً أو مسافراً أو امرأةً أو صبيّاً أو مملوكاً

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir wajib ia melaksanakan (syi’ar) Jum’at pada hari Jum’at, kecuali orang sakit, musafir, wanita, anak kecil dan budak.”

Bahaya meninggalkan shalat Jumat terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam kitab Mushannaf (5173) juz 3 hal 167 dari Aisyah RA:

من ترك الجمعة يوما واحداً لَمْ تكن له كفارة دون يوم القيامة

Artinya: “Barang siapa meninggalkan shalat Jum’at sehari, tidak ada kaffarah (tebusan) baginya kecuali di hari kiamat.”

Orang yang meninggalkan Jum’at 3 kali, akan ditimpakan sifat kemunafikan:

عَنْ أَبِي الْجَعْدِ الضَّمْرِيِّ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ (رواه أبو داود والنسائي)

Artinya: “Dari Abu Ja’d Ad Dhamri salah seorang sahabat Nabi SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Barang siapa meninggalkan 3 kali Jum’at dengan meremehkannya, maka Allah akan menutup pintu hatinya.”

Terkait dengan masalah Ta’addud Jumat (banyaknya pelaksanaan Jumat):
Pada dasarnya Shalat Jumat dilaksanakan pada satu negri di satu tempat. Hal ini mengingat pelaksanaan Jumat pada masa Rasulullah Saw adalah hanya di masjid Nabawi saja. Karena itu pada dasarnya shalat Jumat tidak boleh lebih dari satu mesjid di suatu negeri. Sekiranya Jumat didirikan di banyak mesjid dalam satu daerah yang berdekatan, maka Jumat yang dianggap sah adalah Jumat di mesjid yang Imamnya lebih dahulu mendirikan shalat.
Namun mengingat kepadatan penduduk di masa sekarang terlebih banyaknya pelaksanaan Jumat di banyak masjid, para mutaakhirin dalam mazhab Syafi’I memiliki pendapat yang lapang yang dapat menyelamatkan umat dari permasalahan ta’addud Jumat.
Berikut beberapa nukilan dalam masalah ta’addud Jumat:
Syeikh Salamah Al Azzami berpendapat:

وإن كان التعدد لحاجة فلنعتبرها على أوسع الأقوال في تقدير هذه الحاجة بأن نقول: العبرة فيها بمن تصح منه وإن لم تجب عليه، وإن لم يحضرها بالفعل

Artinya: “Jika banyaknya pelaksanaan Jumat karena kebutuhan, maka kebutuhan yang kita pertimbangkan berdasarkan pendapat yang paling lapang dalam penentuan ukuran hajat adalah: dengan mengukur hajat (keperluan) orang-orang yang sah (walau tidak wajib keatas mereka) melaksanakan Jumat, walau mereka tidak berhadir dalam pelaksanaan Jumat”. ( Tanwirul Qulub fi Muamalat Allamil Ghuyub, hal. 251).

((Note: Syeikh Salamah Al Qadha’I Al Azzami salah seorang ulama bermazhab As Syafi’I lahir tahun 1298 H di provinsi Al Qalyubiyah – Mesir dan wafat tahun 1371 H. Diantara karya monumental beliau: Al Barahin As Sathi’ah fi Raddi Ba’dhi Al Bida’ As Sya-i’ah dan Furqanul Quran Baina Shifatil Khaliq wa Shifatil Akwan)).

Dengan demikian jika suatu negeri memiliki satu masjid yang muat untuk 500 orang jemaah, dan di negri tersebut terdapat 800 orang laki-laki dewasa dan 200 orang anak-anak yang belum baligh maka negeri tersebut berhajat untuk didirikan satu masjid lain karena masjid yang ada hanya muat untuk setengah penduduk negri tersebut. Walaupun dalam pelaksanaannya yang berhadir di masjid tersebut hanya 480 orang.

Senada dengan pendapat ini juga dikatakan oleh Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy Syathiry Asy Syafi’i (1422H) dalam Syarh Al Yaqut An Nafis Fi Madzhab Ibni Idris, hal. 238:

ولا يلزم أن يجتمع كل من تجب عليه، فالعبرة بالعدد الموجود في القرية، بحيث لو اجتمعوا كلهم – النساء والأطفال المميزون والمقيمون والعبيد – لم يسعهم المحل، وهل العبرة بمن حضر أو بالموجودين؟ أقوى الأقوال في ((التحفة)): بمن تصح منهم.
إذن: كل جمعة تقام – اليوم – تصح، وهذا هو الأليق في الوقت الحاضر؛ لأنه لو اجتمع الرجال والنساء والأطفال فليس هناك مسجد واحد يسعهم.

Artinya: “Tidak mesti seluruh yang wajib jumat berkumpul (dalam suatu tempat). Yang diperhitungkan adalah jumlah yang ada dalam satu negeri. Sekiranya mereka semua (kaum wanita, anak-anak yang mumayyiz, orang-orang yang mukim maupun para budak) berkumpul niscaya tempat shalat (masjid) tidak akan muat. Lalu apakah yang diperhitungkan terhadap yang berhadir atau yang ada (di negeri tersebut)? Pendapat yang paling kuat yang disebutkan dalam kitab Tuhfatul Muhtaj adalah: yang sah Jumat dengan mereka.

Dengan demikian, setiap Jumat yang dilaksanakan sekarang ini adalah sah. Dan hal tersebut lebih layak (difatwakan) di waktu ini. Karena jika kaum lelaki, wanita dan anak berkumpul niscaya tidak ada satu masjid pun yang muat”.

Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili salah seorang ulama kontemporer bermazhab As Syafi’I dalam Al Fiqhul Islamy Wa Adillatuh, jilid 2, hal. 1302 juga sependapat bahwa negeri sekarang sudah sangat padat, dan manusia butuh pelaksanaan Jumat di mesjid yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Karena larangan pelaksanaan Jumat lebih dari satu dalam suatu negeri tidak ada dalil yang kuat, dan sekiranya hal tersebut tidak boleh niscaya Rasulullah SAW melarang kita untuk melaksanakan Jumat yang lebih dari satu pada satu negri.

Adapun Jumat yang lebih utama dalam satu negri di satu mesjid, hal ini tentang kesempurnaan pahalanya, bukan tentang kebolehan atau ketidakbolehannya.

Dan pendapat boleh berbilang pelaksanaan Jumat di beberapa tempat jika diperlukan juga difatwakan oleh Imam As Subki dalam Fatawanya, juz 1 hal. 352 dan pendapat ini dinukilkan juga dari Ar Ruyani pengarang Bahrul Madzhab, dan Ar Rafi’i. Beliau juga meriwayatkan bahwa Imam Asy Syafi’I pernah masuk ke kota Basrah dan shalat Jumat dilaksanakan di beberapa tempat, dan beliau tidak memungkirinya. (Riwayat ini juga terdapat dalam kitab Hasyiyah As-Syarwani (dicetak bersama kitab Tuhfah) jilid 2 hal. 463. Juga disebutkan di dalamnya: “Jumhur Syafi’iyah berpendapat bahwa Imam As-Syafi’I tidak memungkirinya karena susahnya untuk berkumpul (dalam satu tempat)”.

Kesimpulannya: Masalah ta’addud Jumat dibolehan oleh sebahagian Syafi’iyah. Hal ini walaupun bukan yang paling kuat namun cukup menunjukkan bahwa dalam mazhab Asy Syafi’I ada ulama yang diakui keilmuannya membolehkan pelaksanaan Jumat lebih dari satu mesjid dalam satu negri.

Wallahu A’la wa A’lam

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.