-Fikih Fikih Muamalat

Sering Jual Beli Dengan Cicilan/Angsuran? Begini Mekanismenya Agar Sesuai Syariat

Sering Jual Beli Dengan CicilanAngsuran Begini Mekanismenya Agar Sesuai Syariat

Sering Jual Beli Dengan CicilanAngsuran Begini Mekanismenya Agar Sesuai Syariat

Definisi:

Jual beli angsuran atau jual beli kredit dalam bahasa Arab disebut dengan al Bai’ bi at Taqsith, yaitu: akad terhadap barang jual yang diterima langsung, dengan harga bertangguh ditunaikan terpisah-pisah dengan jumlah yang tertentu pada waktu-waktu yang tertentu. (Bai’u at Taqsith wa Ahkamuhu, karya: Dr. Sulaiman bin Turki at Turki, hal. 34, Dar Isybiliya; Riyadh).
Dalam bahasa Indonesia jual beli angsuran dinamakan juga dengan jual beli kredit.

Asal-usul:

Jual beli angsuran banyak dipraktekkan di masa sekarang, namun hakikatnya telah dikenal dan dikaji oleh para ulama dari masa dahulu terutama ketika mereka membahas permasalahan jual beli dengan harga bertangguh. Namun mereka tidak menamakannya dengan penamaan yang lazim sekarang disebut jual beli angsuran (al Bai’ bi at Taqsith). Mereka menamakannya jual beli dengan harga bertangguh (Al Ba’ bit Takjil).
(Silahkan lihat: Tabyin al Haqa-iq karya Az Zaila’I 4/79, al Binayah karya al ‘Aini 6/505, al Mughni karya Ibnu Qudamah 8/19, I’lam al Muqi’in karya Ibnu Qayyim 4/52).

Landasan Kebolehan Jual-beli Angsuran/Kredit:

Dalil bolehnya melakukan jual beli angsuran adalah keumuman firman Allah swt tentang halalnya jual beli dan haramnya riba:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba”. (QS. Al Baqarah: 275).

Selama tidak ada dalil yang mengharamkan jual beli angsuran maka ia masuk ke dalam keumuman ayat ini.
Dari Sunnah dalam Musnad imam Ahmad, sunan Abu Daud dan Ad Daruqutni diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. memerintahkan Abdullah bin Amru bin Ash untuk menyiapkan pasukan perang. Lalu ia membeli satu unta seharga dua unta dengan bertempo.

Dalil ini sangat jelas boleh mengambil harga yang lebih dari harga biasa disebabkan adanya tempo. (Al Masharif Al Islamiyah baina An Nazhariyah wa At Tathbiq karya Dr. Abdur Razzaq Al Hiti, hal. 552-553).

Rambu-rambu Jual Beli Angsuran:

Persyaratan dan ketentuan dalam jual beli angsuran:

1. Jual beli angsuran tidak boleh menjadi pengantar kepada riba, seperti: Bai’ al ‘Inah, yaitu menjual barang dengan harga bertangguh kemudian membelinya kembali dengan harga yang lebih murah secara tunai. Para ulama sepakat mengharamkan jual beli ini jika disepakati di awal akad untuk melanjutkan akad kedua sebagai persyaratan. (Takmilah al Majmu’ karya As Subki 10/157-158).

Para ulama juga sepakat bahwa penjual yang membeli kembali barang yang telah ia jual dengan harga yang sama atau lebih banyak dari harga yang ia jual merupakan akad yang dibolehkan. (Bada-i’u as Shana-i’, 5/99).

2. Hendaknya si penjual benar-benar memiliki barang yang ia jual.

3. Hendaknya barang yang merupakan objek transaksi jual beli angsuran telah berada dalam genggaman si penjual, tidak cukup sekedar dimiliki namun tidak berada dalam genggamannya.

4. Hendaknya kedua barang ganti tidak terjadi riba Nasi-ah jika dilakukan transaksi jual beli angsuran. Yaitu kedua barang tersebut tidak masuk dalam barang-barang yang tidak boleh terjadi penungguhan yang akan membawa kepada Riba Nasi-ah. Seperti jual belie mas dengan emas, atau jual emas dengan perak.

5. Hendaknya harga barang diberikan berupa uang bukan barang juga.

6. Hendaknya barang yang dijual segera diberikan tidak bertempo.

7. Hendaknya masa dalam jual beli angsuran ini diketahui. Harus dijelaskan jumlah angsuran dan masa menunaikan angsurannya, serta jumlah masa angsuran secara keseluruhannya sehingga tidak muncul perselisihan di kemudian hari antara kedua pihak yang berakad.

8. Hendaknya jual beli angsuran ini tuntas setelah akadnya, dalam arti berlaku segala ketentuan jual beli dengan sekedar akad walau setoran angsurannya belum terlunaskan seluruhnya.

Beberapa catatan penting dalam Jual Beli Angsuran:

1. Harga dalam jual beli angsuran boleh jadi seharga dengan jual beli tunai. Hal ini merupakan kesepakatan ulama, bahkan sangat dianjurkan dan pelakunya mendapatkan pahala dari Allah swt. sebab memberikan keringanan bagi kebutuhan manusia.

2. Harga dalam jual beli angsuran boleh lebih tinggi daripada jual beli tunai menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama dari keempat mazhab fiqh dan dari ulama sahabat dan tabi’in. Boleh disebutkan harga barang ini adalah seribu dollar dengan tunai dan seribu lima dengan angsuran enam bulan misalnya. Dengan syarat disepakati akadnya apakah tunai atau angsuran sebelum kedua penjual-pembeli berpisah dari majelis.

Dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah 4/307 diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra mengatakan:

لَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ لِلسِّلْعَةِ: هِيَ بِنَقْدٍ بِكَذَا وَبِنَسِيئَةٍ بِكَذَا، وَلَكِنْ لَا يَفْتَرِقَا إِلَّا عَنْ رِضًا

“Tidak mengapa ia mengatakan terhadap suatu barang: harganya dengan tunai adalah sekian, dan dengan bertempo adalah sekian. Namun keduanya tidak berpisah sebelum sama-sama ridha”.

 

3. Diboleh menurunkan harga jual beli angsuran sebagai ganti dari menyegerakan pelunasannya. Bagi pembeli dalam jual beli angsuran dibolehkan meminta keringanan berupa penurunan harga jika ia melunasi angsurannya sebelum batas akhir pelunasan. Walau begitu pembeli tidak boleh memaksakan penurunan harga kepada penjual dalam pelunasan jual beli angsuran sebelum jatuh temponya.

4. Dalam jual beli angsuran kedua pihak harus menyepakati masa pelunasannya dan tidak boleh berpisah dari akad sebelum ditentukan masa dan biaya pelunasan secara kesepakatan. Jika sebuah sepeda motor dijual secara angsuran setahun seharga dua puluh juta, dua tahun dua puluh dua juta dan tiga tahun dua puluh empat juta maka mereka harus menyepakati terlebih dahulu masa dan harga mana yang dipilih.

5. Penjual juga tidak berhak memaksakan pelunasan angsuran sebelum tiba batas akhir pelunasan di waktu yang disepakati oleh kedua pihak penjual dan pembeli.

6. Jika si pembeli meninggal dunia sebelum tuntas pelunasan angsurannya, maka angsurannya beralih kepada ahli warisnya. Dan ahli waris tidak mesti melunasinya sehingga tiba waktu pelunasannya.

7. Kepemilikan dalam jual beli angsuran segera beralih setelah akad. Barang menjadi milik si pembeli dan harga menjadi milik si penjual. Dengan demikian si penjual tidak boleh menangguhkan penyerahan barang kepada si pembeli dengan persyaratan pelunasan harga. Jika terdapat persyaratan seperti ini maka akadnya menjadi fasid (rusak).

Wallahu A’lam

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

(1) Komentar

  1. sumi menulis:

    gimana penjual harus menetapkan harga agar tidak kelebihan yang akan menjadi riba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.