Hikmah

Peran Pemuda Islam

peran pemuda muslim

peran pemuda muslim

Pemuda hari ini adalah gambaran Islam dan kaum muslimin di masa mendatang. Jika mereka baik merupakan indikasi masa depan Islam yang cerah dan cemerlang.

Rasulullah Saw sangat perhatian dengan kaum muda. Diantaranya adalah nasehat beliau yang sangat masyhur ketika beliau bersama Abdullah bin Abbas Ra tentang nilai-nilai keimanan dan keyakinan bahwa manfaat dan mudharat semata-mata dari Allah Swt.

Pemuda dalam pentas sejarah:
Peradaban dan sejarah manusia banyak diciptakan oleh kaum mudanya.
Seorang pemuda bernama Ibrahim As mampu menggetarkan singgasana Namrudz.

Allah Swt mengisahkan dalam firmanNya tentang peran Ibrahim As di masa mudanya:

قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ… قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”.
Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”.
(QS. Al anbiya’: 59 dan 60).

Menanggapi ayat ini Ibnu Abbas Ra mengatakan:
ما بعث الله نبيا إلا شابا. ولا أوتي العلم عالم إلا وهو شاب. وتلا هذه الآية (تفسير ابن كثير: 17/327).

Tidaklah Allah Swt mengutus seorang nabi melainkan di masa mudanya. Dan tidaklah diberikan ilmu kepada seorang alim melainkan di masa mudanya.

Masa muda adalah masa keemasan masa puncak kekuatan fikiran dan fisik. Aktifitas yang dilakukan di masa muda lebih semangat, kreatif dan inovatif. Sungguh sangat disayangkan jika masa tersebut disia-siakan pada urusan-urusan yang tidak ada manfaat duniawi dan ukhrawinya.

Pemuda-pemuda hebat tertulis sejarah mereka dengan tinta emas:

Di dalam Al Quran Allah Swt menyebutkan beberapa kisah pemuda yang layak menjadi teladan bagi pemuda di setiap masa. Sebab mereka pandai dalam memilih maka mereka menjadi pemuda pilihan. Mereka menjadi pemuda yang berjasa sebab mereka berkorban hidup dan mati untuk menegakkan kalimah Allah Swt.
Diantara mereka adalah:

1. Ashabul Kahfi.
Siapakah Ashabul Kahfi yang disebutkan kisah mereka di dalam Al Quran?

Mereka adalah para pemuda pengikut ajaran Nabi Isa AS yang diabadikan Allah Swt dalam firmanNya:

إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.QS. Al-Kahf: 13

Keimanan mereka sangat ajaib setelah mengetahui kebenaran walau hanya berjumlah 7 orang demi menyelamatkan akidah mereka bersembunyi di dalam gua. Lalu Allah Swt tunjukkan keajaibanNya agar menjadi tanda dan bukti sepanjang masa bahwa orang yang benar di jalanNya tidak akan dibiarkan sendirian tanpa pembelaanNya. Allah Swt jadikan mereka tertidur di dalam gua selama 309 tahun.

2. Muhammad Saw diangkat menjadiseorang Nabi dan Rasul di usia 40 tahun yang merupakan puncak usia muda.
Pengikut-pengikut beliau di generasi pertama juga adalah dari kalangan pemuda, bahkan diantara mereka masih kecil:
1. Ali bin Abi Thalib & Zubeir : 8 tahun
2. Thalhah bin Ubaidillah : 11 tahun
3. Al Arqam bin Abil Arqam : 12 tahun
4. Abdullah bin Makhzum : 17 tahun
5. Jakfar bin Abi Thalib : 18 tahun
6. Sa’id bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi : 20 tahun
7. Mush’ab bin Umair dan Al Miqdad bin Al Aswad : 24 tahun

Mereka berhasil menaklukkan dunia: imperium besar Romawi dan Persia, expansi ke India, Asmenia, Rusia, Syam, Mesir, Tripoli dan sebagian Afrika dalam masa lebih kurang 35 tahun.

Mereka punya cita-cita yang tinggi dan luar biasa. Bahagia dunia dan akhirat di bawah kalimah tauhid Laa Ilaaha Illallaah, Muhammadur Rasulullaah.

Cita-cita generasi awal Islam:
Di sebutkan dalam buku Uluwwu al Himmah karya Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al Muqaddam, hal. 24: bahwa pada suatu hari 4 orang bersahabat berkumpul di halaman depan Kakbah:
Mereka adalah Mush’ab bin Zubeir, Urwah bin Zubeir, Abdul Malik bin Marwan dan Abdullah bin Umar Ra. Mush’ab mengatakan kepada para sahabatnya: Tamannau (marilah kita bercita-cita,…!).
Mereka mengatakan: Mulailah dengan dirimu sendiri wahai Mush’ab.
Berikut cita-cita yang mereka ungkapkan di depan Kakbah:
1. Mush’ab bin Zubeir mengatakan: aku bercita-cita menguasai Irak dan menikahi Sukainah binti Al Husein dan Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah
2. Urwah bin Zubeir mengungkapkan cita-citanya: aku ingin menjadi ulama Fiqh dan hadits
3. Abdul Malik bin Marwan pun mengatakan: aku bercita-cita menjadi khalifah kaum muslimin
4. Abdullah bin Umar juga memiliki cita-cita. Ia mengatakan: aku bercita-cita ingin masuk ke dalam surga.

Subhanallah dalam selang beberapa waktu semua mereka meraih cita-cita mereka. Hanya Abdullah bin Umar Ra yang belum meraihnya ketika masih hidup. Namun kita sangat yakin sebagaimana Allah Swt mengabulkan doa 3 sahabatnya, kiranya doa dan cita-cita beliau dikabulkan Allah Swt pula.

Wahai kaum muda dan mudi bagaimanakah cita-cita kalian?

◆ Kewajiban pemuda/i Islam:
Setiap pemuda hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri apa yang dapat aku berikan bagi agamaku bagi umatku. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Berikut ini adalah 4 kewajiban utama bagi setiap pemuda dan pemudi dalam mengemban risalah Islam:

Pertama: Memahami Islam sebenar-benarnya.

Paham harus lebih terdahulu sebelum mengambil langkah aktifitas.
Berapa banyak pemuda yang salah dalam tingkah lakunya sebab ia belum paham Islam seutuhnya, lalu melakukan aksi kekerasan, menteror sesama muslim dan seterusnya. Namun jika kita bertanya kepada mereka, akan mereka jawab bahwa niat mereka baik memperjuangkan Islam. Mereka salah langkah. Niat yang benar tidak didukung dengan pemahaman yang benar akan membawa kepada sikap dan tatacara yang salah. Di sinilah pentingnya kita mempelajari Islam dengan sebenarnya merupakan kewajiban pertama bagi setiap pemuda dan pemudi.

Kedua: Mengamalkan Islam

Yang membedakan orang dapat membaca dengan tidak pandai membaca adalah dalam aktifitas membaca. Jika orang yang pandai membaca dan menulis tidak membaca dan tidak menulis maka tidak ada perbedaan antara mereka.

Demikian pula orang yang telah memahami Islam namun tidak mengamalkannya maka pemahamannya menjadi sia-sia. Peluang untuk masuk ke pintu surga yang sudah terbuka lebar tidak ia tempuh merupakan sebuah kebodohan yang nyata.

Karena itu wahai pemuda dan pemudi pelajarilah Islam dan amalkanlah Islam dalam keseharian hidup kalian, dalam ibadah, berpakaian, akhlakul karimah, jual beli dan seterusnya. Inilah yang dikatakan dengan beramal shaleh.

Ketiga: Mendakwahkan Islam seluas-luasnya

Pemahaman dan amal shaleh yang kita lakukan dalam keseharian kita tidak cukup untuk menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Kita perlu mendakwahkan pemahaman Islam yang benar, kita perlu mengajak orang lain untuk melakukan amal shaleh juga.

Allah Swt berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. QS. Al Anfal: 25.

Keempat: Tolong menolong dan bersabar di jalan kebenaran.

Ini mengharuskan kita memiliki komunitas, teman yang baik, lingkungan yang mendukung. Semua itu agar ada sikap saling tolong menolong, saling ingat mengingatkan, saling nasehat menasehatkan.

Setiap mukmin menjadi ramai dengan saudaranya yang seiman.
Allah Swt mengingatkan kita keempat perkara ini dalam firmannya di surat Al Ashr ayat 1-3:

وَالْعَصْرِ

Demi masa.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.

Wahai kaum muda-mudi:
Bekalan bagi pemuda/i Islam:
Tuntutlah ilmu yang bermanfaat setinggi mungkin, kokohkanlah Iman yang mantap, paculah untuk mencapai kesempurnaan akhlak, dan berbuatlah untuk kejayaan Islam dan berkorbanlah walau sekecil apapun yang kita mampu.

Wabillahit Taufiq.

Abu Muadz Awwaluzzikri, 9 Juli 2016
Di SMAN Unggul Aceh Timur

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.