-Fikih

Mengenal Biografi Imam Syafi`i

biografi imam syafi`i

biografi imam syafi`i

Nama Dan Nasab

Beliau adalah seorang Imam yang berasal dari suku Quraiys Mujaddid di abad kedua hijriyah bernama: Muhammad bin Idris bin Al ‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ Al Hasyimi. Nasab beliau bertemu dengan Rasulullah SAW pada Abdu Manaf bin Qushay.

Beliau dilahirkan di Ghazza (Palestina) tahun 150 H bertepatan dengan tahun wafatnya Abu Hanifah. Hakikatnya Ghazza bukanlah tanah kakek-nenek beliau, ayah beliau Idris pergi ke sana untuk suatu hajat, dan meninggal di sana, selang beberapa waktu lahirlah imam As Syafi’i.

Riwayat Pendidikan

Ketika Imam As Syafi’i berumur 2 tahun, sang ibu kembali ke Mekkah Al Mukarramah dengan membawanya, lalu mendorong sang anak untuk terus belajar.

Pertama sekali yang beliau pelajari adalah hafalan Al Quran. Diriwayatkan bahwa di suatu hari bekalan Ibu Imam as-Syafi’i habis, para guru As Syafi’I meninggalkan beliau, kecuali seorang guru yang mulai melihat keajaiban pada as-Syafi’I kecil bahwa as-Syafi’i setiap kali mendengarkan bacaan sang guru langsung dapat menghafal, mengejakan juga mengajarkannya kepada anak-anak yang lain. Sehingga sang guru mengizinkan Imam as-Syafi’i belajar tanpa pungutan biaya apapun. Kemudian beliau berangkat ke Huzail salah satu kabilah pedalaman Arab yang masih murni kefasihan bahasa Arabnya untuk mempelajari bahasa Arab dan sya’ir-sya’ir Arab dan berita-berita terdahulu termasuk adab dan ilmu nasab.

Kemudian beliau kembali ke Mekkah berguru kepada Muslim bin Khalid Az Zanji Mufti Mekkah dimasa itu. Lalu beliau berangkat ke Madinah untuk berguru kepada imam Malik bin Anas. Imam Malik sangat memuliakan imam As Syafi’i dari kecil sebab beliau melihat sang As Syafi’i kecil memiliki nasab yang mulia, ilmu, kecerdasan, pemahaman dan adab yang tinggi.

Imam as-Syafi’i menghafal Al Quran ketika beliau berusia 7 tahun, dan di usia 10 tahun telah menghafal kitab Al Muwattha’ karya imam Malik Ra. Setiap kali As Syafi’i membacakan Al Muwattha’ kepada Imam Malik secara hafalan, sang imam merasa kagum dan tertarik mendengar bacaan yang indah dari As Syafi’i sehingga sering sekali imam Malik meminta tambahan bacaan kepada imam As Syafi’i. Imam Malik mewasiatkan kepada As Syafi’i kecil: Bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya engkau akan menjadi orang besar. Dalam riwayat yang lain imam Malik berpesan: Sesungguhnya Allah Swt telah menganugerahkan cahaya pada hatimu, janganlah engkau padamkan dengan kemaksiatan kepadaNya.

Imam As Syafi’i pertama sekali bertemu imam Malik adalah pada usia 13 tahun dan terus bersama beliau hingga imam Malik meninggal dunia pada tahun 179 H. Lalu imam As Syafi’i berangkat ke Yaman setelah diangkat menjadi qadhi di sana.

Pada tahun 195 H beliau berangkat menuju Baghdad qiblat ilmu di waktu itu, menetap selama 2 tahun. Selama di Baghdad beliau banyak bertemu dengan para ulama dan berdialog dengan mereka. Kebanyakan ulama setelah bertemu beliau merujuk dari pemahaman fiqh yang telah mereka anut sebelumnya dan beralih kepada pendapat Imam as-Syafi’i. Selama di Baghdad imam as-Syafi’I mengarang kitab-kitab yang merupakan Al Qaul Al Qadim (pendapat lama) beliau.

Lalu di tahun 197 H beliau ke Mekkah beberapa bulan hingga kembali ke Baghdad pada tahun 198 H dan menetap dalam waktu yang sangat singkat lebih kurang hanya satu bulan. Lalu beliau menuju Mesir dan menetap lama kira-kira 4 sampai 5 tahun hingga beliau wafat. Selama di Mesir beliau menyusun banyak kitab diantaranya adalah kitab Al Umm yang berisi pendapat-pendapat baru (Qaul Jadid) beliau, bahkan beberapa kitab yang beliau karang adalah terbaru dalam pembahasannya. Diantaranya adalah kitab Ar Risalah terkait ilmu Ushul Fiqh, begitu pula kitab terkait pembahasan Al Qasamah (sumpah terkait pembunuhan), Al Jizyah (pajak bagi kaum Dzimmi), Qital Ahlil Baghyi (memerangi pemberontak) dan lain-lain.

Terkait banyaknya kitab beliau sang murid Ar Rabi’ bin Sulaiman mengatakan: Aku meletakkan kitab-kitab di rumahku yang diangkat oleh sembilan ratus unta hasil dari apa yang aku dengarkan dari kitab-kitab As Syafi’i”.

Beliau menikahi Hamidah binti Nafi’ bin ‘Ansah bin ‘Amru bin ‘Utsman bin ‘Affan, memiliki anak laki-laki yang bernama Abu ‘Utsman Muhammad yang pernah menjabat sebagai Qadhi di Helb (daerah di Syam), juga 2 puteri Fatimah dan Zainab.

Ketekunan Imam As Syafi’i

Terkait ketekunan imam As Syafi’I dalam menuntut ilmu, Al Muzani pernah mendengar seseorang bertanya kepada imam As Syafi’I tiga hal:

1. Bagaimanakah syahwatmu terhadap ilmu?

Beliau menjawab: seluruh tubuhku berharap mendapatkan kenikmatan pendengaran seperti telinga

2. Bagaimanakah tekadmu dalam menuntut ilmu?

Beliau menjawab: bagaikan seorang bakhil yang gemar mengumpulkan harta

3. Bagimanakah kesungguhanmu dalam menuntut ilmu?

Beliau menjawab: bagaikan seorang wanita yang kehilangan anaknya.

Pujian Ulama Kepada Beliau

Pujian yang disematkan oleh para ulama ke atas beliau sangatlah banyak. Diantaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang sangat banyak mendoakan dan memuji imam As Syafi’i. Anak beliau sempat bertanya tentang doa sang ayah begitu banyak kepada Asy Syafi’i. Beliau menjawab: Wahai anakku, As Syafi’i bagi manusia ibarat kesehatan bagi badan, seperti matahari bagi dunia, tentu tidak ada gantinya. Sungguh aku tidak mengetahui Nasikhul Hadits dan Mansukhnya sehingga aku bergaul dengan Asy Syafi’i.

Yahya bin Ma’in pernah berkata kepada Shaleh putra Imam Ahmad bin Hanbal: Apakah ayahmu tidak malu, aku melihat ia bersama As Syafi’I. As Syafi’I naik kendaraan sedangkan ia berjalan memegang talinya. Lalu Shaleh memberitahukan ayahnya perihal tersebut. Imam Ahmad menjawab: Katakan kepadanya, jika kamu ingin faham agama peganglah talinya satu lagi.

Wafatnya

Imam Asy Syafi’i wafat di Mesir pada malam Jumat setelah Maghrib menurut perkataan Ar Rabi’ bulan Rajab tahun 204 H, dan dimakamkan pada petang Jumat setelah Ashar. Makam beliau terletak di daerah yang dinisbahkan kepada nama beliau yaitu Mantiqah Syafi’iyah di Kairo ibu kota Mesir, dan tepat di sebelah makam beliau terdapat mesjid yang dinamakan dengan mesjid Asy Syafi’i. Makam beliau banyak diziarahi kaum muslimin dari penjuru dunia terutama kaum muslimin dari Asia Tenggara. Tidak jauh dari makam beliau terdapat makam Syeikhul Islam Zakaria Al Anshari.

Berkata Ar Rabi’: Aku bermimpi melihat nabi Adam As wafat, lalu aku bertanya kepada para ahli takwil mimpi, mereka katakan: Ini adalah kematian orang yang paling alim di atas muka bumi sebab Allah Swt telah mengajarkan Adam As semua nama dan ilmu. Lalu hanya selang beberapa saat meninggallah As Syafi’i.

Tawadhuknya Sang Imam

Imam As Syafi’i walau memiliki ilmu yang sangat luas, namun beliau sangat rendah hati, berikut beberapa perkataan beliau:

“Aku berharap sekiranya semua makhluk mempelajari ilmu ini meskipun tanpa menyandarkannya kepadaku satu hurufpun”.

“Jika aku berdebat dengan seseorang, aku berharap sekiranya Allah Swt menampakkan kebenaran melalui dirinya”.

Beberapa Kata Hikmah

Diantara perkataan pendapat dan mutiara hikmah beliau:

  • “Al-Quran adalah kalam bukan makhluk. Siapa yang mengatakan al-Quran makhluk maka ia menjadi kafir”.
  • “Siapa yang memangku jabatan qadha namun tidak menjadi orang miskin berarti ia pencuri”.

فقر العلماء فقر اختيار، وفقر الجهال فقر اضطرار-

“Kefakiran para ulama karena pilihan mereka sendiri, sedangkan kefakiran orang bodoh adalah karena keterpaksaan”.

ليس العلم ما حفظ، العلم ما نفع-

“Ilmu itu bukanlah yang dihafal di luar kepada. Ilmu itu adalah yang dapat memberi manfaat”.

من طلب العلم فليدقق، لئلا يضيع دقيق العلم-

“Siapapun yang menuntut ilmu hendaknya ia teliti dengan baik, agar ketelitian ilmu tidak hilang”.

من لا يحب العلم لا خير فيه، ولا يكون بينك وبينه صداقة ولا معرفة-

“Siapa yang tidak cinta ilmu tiada kebaikan padanya, dan tidak perlu ada hubungan pertemanan dan kenalan antara kamu dengannya”.

  • Beliau juga berkata: “Siapa yang menghafal al-Quran mulialah kedudukannya, siapa yang menjadi ahli fiqh agunglah harga dirinya, siapa yang menghafal hadits kuatlah hujjahnya, siapa yang menghafal bahasa Arab dan sya’ir niscaya lembutlah tabiatnya, dan siapa yang tidak mampu menjaga dirinya, berarti ilmunya tidak memberikan manfaat baginya”.

Mazhab imam Asy Syafi’i tersebar di berbagai belahan dunia: Hijaz, ‘Iraq, Mesir, Syam, Asia Tenggara dan lain-lain.

Rujukan:

  • Ad Dibaj Al Mudzahhab Fi Ma’rifat A’yan Ulama Al Mazhab, karya Ibrahim bin Ali Al Yakmuri (799 H), jil. 2 h. 158-159, Dar At Turats – Cairo
  • Tahdzib Al Asma’ wa Al Lughat, karya imam An Nawawi (767 H), jil. 1, h. 44 – 67, Dar Al Kutub Al Ilmiyah – Beirut.

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.