-Fikih Fikih Thaharah Fikih Wanita Konsultasi Syariah Bersama Ustadz

Flek/Darah Yang Keluar Dari Ibu Hamil. Bagaimana Hukumnya?

Flek/Darah Yang Keluar Dari Ibu Hamil

Flek/Darah Yang Keluar Dari Ibu Hamil

Pertanyaan:

Syekh khabir wardah mw tanya. Bagaimana hukum ibadah wajib bagi ibu hamil yg keluar flek atau darah, layaknya seperti wanita haidh?

Jawaban:

Waalaikum Salam Wr Wb.

Alfu alfi mabruk bu Wardah… Semoga Allah Swt berikan kekuatan dan penjagaan sehingga selamat hingga melahirkan bagi sang janin dan juga ibunya.

Berikut jawaban dari soal yang ibu tanyakan…

Darah yang keluar dari qubul kaum wanita terbagi kepada tiga kategori:

1. Darah haidh, yaitu darah yang keluar dengan warna yang diketahui oleh kaum wanita dan di waktu yang sudah diketahui sebelumnya dengan hitungan waktu yang lazim.
Bagi wanita yang pertama sekali keluar darah ini menjadi tanda permulaan usia aqil baligh baginya.
Sekurang-kurang masanya adalah sehari semalam, kebiasaannya 3 hingga 7 hari, dan paling lama adalah 15 hari siang dan malamnya. Dan sekurang-kurang masa suci antara dua masa haidh adalah 15 hari dan malamnya.

2. Darah nifas, yaitu darah yang keluar setelah melahirkan. Sekurang-kurang waktunya adalah sekejap, kebiasaannya 40 hari dan paling lama adalah 60 hari. Tidak dikatakan nifas jika darah tersebut keluar sebelum melahirkan, baik menjelang melahirkan atau ketika terjadi pembukaan di waktu yang sangat dekat dengan melahirkan. Darah tersebut dikenal dengan darah fasad atau darah yang rusak tidak belaku hukum nifas.

3. Darah istihadhah, yaitu darah yang keluar selain darah haidh dan nifas. Yaitu keluar di luar waktu haidh yang sudah menjadi kebiasaannya, atau setelah berlalunya masa haidh paling lama, misalnya darahnya terus berlanjut setelah 15 hari. Maka hari ke-16 dan seterusnya dikatakan darah istihadhah.

Begitu pula darah yang keluar sebelum melahirkan dikatakan istihadhah bukan nifas, karena nifas setelah melahirkan. Demikian pula jika darah berlanjut setelah 60 hari dikatakan darah istihadhah, karena masa nifas paling lama adalah 60 hari.

Banyak hukum berkaitan dengan nifas dan haidh, diantaranya:
1. Larangan berpuasa,
2. Larangan Shalat,
3. Larangan menyentuh dan membaca Al Quran dengan lisan,
4. Larangan melakukan hubungan suami isteri,
5. Larangan thawaf,
6. Larangan masuk dan berdiam di dalam mesjid.

Jika darah wanita haidh dan nifas telah berhenti, mereka wajib mandi janabah sehingga yang diharamkan sebelumnya menjadi halal bagi mereka.

Adapun diantara dalil terhadap masalah yang telah disebutkan diatas adalah ayat Al Quran:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah, ayat: 222).

Juga dari sunnah, Rasulullah Saw bersabda kepada Fathimah binti Abi Hubaisy:

ﻓﺈﺫا ﺃﻗﺒﻠﺖ اﻟﺤﻴﻀﺔ ﻓﺪﻋﻲ اﻟﺼﻼﺓ، ﻭﺇﺫا ﺃﺩﺑﺮﺕ ﻓﺎﻏﺴﻠﻲ ﻋﻨﻚ اﻟﺪﻡ ﻭﺻﻠﻲ
[ ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ: 226، ﻭﻣﺴﻠﻢ 333]
“Jika datang masa haidh tinggalkanlah shalat, jika darah telah berhenti mandi dan lakukanlah shalat” (HR. Al Bukhari-Muslim).

Namun tidak demikian dengan istihadhah. Jika wanita yang haidh dan nifas wajib mandi ketika berakhir masanya, darah istihadhah hanya mewajibkan wudhuk setiap kali hendak shalat. Wanita yang beristihadhah juga tetap wajib shalat, puasa dan boleh melakukan hubungan suami-isteri dan seterusnya. Namun istihadhah dikatakan najis. Karena itu wanita yang beristihadhah wajib membersihkan bagian yang terkena darah istihadhah dan ia wajib berwudhuk setiap kali hendak shalat.

Abu Daud dalam Sunannya meriwayatkan:
ﻋﻦ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺑﻨﺖ ﺃﺑﻲ ﺣﺒﻴﺶ: ﺃﻧﻬﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺴﺘﺤﺎﺽ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ اﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ -: ” ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﺩﻡ اﻟﺤﻴﻀﺔ ﻓﺈﻧﻪ ﺩﻡ ﺃﺳﻮﺩ ﻳﻌﺮﻑ، ﻓﺈﺫا ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻓﺄﻣﺴﻜﻲ ﻋﻦ اﻟﺼﻼﺓ، ﻓﺈﺫا ﻛﺎﻥ اﻵﺧﺮ ﻓﺘﻮﺿﺌﻲ ﻭﺻﻠﻲ، ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻏﺮﻕ”.
Dari Fathimah binti Abu Hubaisy: bahwa ia mengalami istihadhah, Rasulullah Saw bersabda baginya: “Jika ia adalah darah haidh maka ia berwarna hitam dikenali, jika demikian maka janganlah kamu melaksanakan shalat, jika tidak demikian maka berwudhuklah dan tegakkanlah shalat. Karena ia hanya ‘Araq (darah yang mengalir/bukan haidh).

Dengan demikian dapat diketahui hukum flek atau darah yang keluar dari ibu hamil jika ia di waktu haidh maka ia adalah haidh, jika tidak maka ia adalah istihadhah. Hukum berkaitan dengan haidh atau istihadhah telah dijelaskan di atas.

Wallahu A’la Wa A’lam

Rujukan:
– Al Iqna’ lil khatib As Syarbaini
– Al Fiqh Al Manhaji
– Matan Az Zubad libni Ruslan

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.