-Fikih Fikih Ibadah Fikih Makanan dan Minuman Konsultasi Syariah Bersama Ustadz

Bolehkah berpuasa Asyura pada hari Sabtu?

Bolehkah berpuasa Asyura pada hari Sabtu?

Bolehkah berpuasa Asyura pada hari Sabtu?

Bolehkah berpuasa Asyura pada hari Sabtu?

Assalamualaikum wr wb.

Ustadz yang dimuliakan Allah…
Seperti yang pernah Ustadz tuliskan dalam web http://konsultasifiqih.com tentang keutamaan puasa Muharram terlebih lagi puasa hari Asyura. Dan yang terbaik adalah puasanya digabungkan tiga hari yaitu hari 9,10 dan 11 Muharram.

Yang ingin saya tanyakan jika saya hanya ingin mengambil puasa pada hari Asyuranya saja dan pada tahun ini di Indonesia bertepatan pada hari Sabtu. Bolehkah hal tersebut? Sebab ada saya dengar bahwa puasa khusus pada hari Sabtu juga terdapat larangan seperti Jumat.
Terimakasih

Wassalam

 

Jawaban

Wa’alaikum Salam wr wb.

Alhamdulillah Pak… Semoga Allah Swt memberikan taufiq agar kita selalu istiqamah mencintai amalan sunnat. Sebab orang yang mencintai amalan sunnat mendapatkan anugerah dicintai oleh Allah Swt.

Dalam hadis qudsi yang shahih riwayat Al Bukhari: “Dan hambaKu senantiasa mendekatiKu dengan amalan sunat sehingga Aku mencintainya”.

Terkait puasa Asyura dan keutamaannya telah kami tuliskan di link: Berikut Ini

Jika hari Asyura di Indonesia pada hari Sabtu ini, berbeda dengan kami di Mesir hari Sabtu baru hari Tasu’a dan Asyuranya pada hari Ahad demikian halnya di beberapa negara Arab lainnya seperi Aljazair, Muritania, Maroko, Oman dan lain-lainnya. Hal seperti ini tergantung penetapan awal tahun Hijriyah sesuai tempat muncul bulan di negerinya masing-masing.

Adapun hukum mengkhususkan puasa Asyura dan bahkan puasa sunat lainnya pada hari Sabtu benar terdapat larangan dari Rasulullah Saw dalam beberapa hadis diantaranya hadis berikut ini:

لاَ تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلاَّ فِيمَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلاَّ لِحَاءَ عِنَبَةٍ أَوْ عُودَ شَجَرَةٍ فَلْيَمْضُغْهُ – رواه أبو داود، رقم: 2421

Artinya: “Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang difardhukan ke atas kalian”. (HR. Abu Daud)

Terkait larangan berpuasa hanya pada hari Sabtu berdasarkan hadis tersebut para ulama seperti imam Ar Ramli menjelaskan:

ﻭﺇﻓﺮاﺩ اﻟﺴﺒﺖ ﺃﻭ اﻷﺣﺪ ﺑﺎﻟﺼﻮﻡ ﻛﺬﻟﻚ ﺑﺠﺎﻣﻊ ﺃﻥ اﻟﻴﻬﻮﺩ ﺗﻌﻈﻢ اﻷﻭﻝ ﻭاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺗﻌﻈﻢ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻓﻘﺼﺪ اﻟﺸﺎﺭﻉ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻬﻢ

ﻭﻣﺤﻞ ﻣﺎ ﺗﻘﺮﺭ ﺇﺫا ﻟﻢ ﻳﻮاﻓﻖ ﺇﻓﺮاﺩ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﻦ اﻷﻳﺎﻡ اﻟﺜﻼﺛﺔ ﻋﺎﺩﺓ ﻟﻪ ﻭﺇﻻ ﻛﺄﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﺼﻮﻡ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻳﻔﻄﺮ ﻳﻮﻣﺎ ﺃﻭ ﻳﺼﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭاء ﺃﻭ ﻋﺮﻓﺔ ﻓﻮاﻓﻖ ﻳﻮﻡ ﺻﻮﻣﻪ ﻓﻼ ﻛﺮاﻫﺔ

Artinya: “Dan dimakruhkan hanya puasa pada hari Sabtu atau hari Ahad saja. Keduanya sama makruh sebab hari Sabtu hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi, dan Ahad diagungkan oleh kaum Nasrani. Allah SWT melarang dengan tujuan agar tidak sama dengan mereka.

Dan posisi kemakruhan tersebut adalah jika berpuasa pada salah satu dari tiga hari yang dimakruhkan (yaitu: Jumat, Sabtu dan Ahad) tidak bertepatan dengan kebiasaan puasanya. Adapun jika ia berpuasa sehari dan berbuka sehari (seperti puasa nabi Daud As) atau ia berpuasa hari Asyura, hari Arafah lalu bertepatan dengan hari makruh tersebut maka tidak dimakruhkan”.
(Lihat: Nihayatul Muhtaj jilid 3 hal. 209).

Dari nas tersebut kita mendapatkan bahwa kemakruhan puasa pada satu hari tertentu bukan hanya pada hari Sabtu, namun juga Jumat dan Ahad.

Terkait larangan berpuasa khusus pada hari Junat yang merupakan lebih kuat larangannya, dalam hadis shahih riwayat imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda:

لاَ تخُصُّوا يومَ الجُمُعَة بصيامٍ من بين الأيَّام إلا أن يكون في صِيامٍ يَصُومُه أحدُكُم

Artinya: “Janganlah kalian mengkhususkan hari Jumat untuk berpuasa tanpa hari-hari yang lain. Kecuali jika bertepatan dengan hari kebiasaan puasanya”.

Menanggapi hadis tersebut para ulama termasuk Al Khatib Asy Syarbaini Asy Syafi’i mengatakan:

ﻣﺤﻞ ﻛﺮاﻫﺔ ﺇﻓﺮاﺩ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺇﺫا ﻟﻢ ﻳﻮاﻓﻖ ﻋﺎﺩﺓ ﻟﻪ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﻛﺄﻥ اﻋﺘﺎﺩ ﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﻭﻓﻄﺮ ﻳﻮﻡ ﻓﻮاﻓﻖ ﺻﻮﻣﻪ ﻳﻮﻣﺎ ﻣﻨﻬﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﺮﻩ

“Dan posisi kemakruhan berpuasa yang telah disebutkan adalah jika tidak bertepatan dengan kebiasaannya. Jika ia memiliki kebiasaan seperti puasa sehari lalu berbuka sehari lalu hari puasanya bertepatan dengan hari tersebut tidak dimakruhkan (puasanya. red) “.
(Lihat: Mughni Al Muhtaj, jil. 2, hal. 185).

Kesimpulannya adalah bahwa puasa Asyura atau puasa Arafah jika bertepatan dengan hari Jumat, atau Sabtu atau Ahad puasa tersebut tidak dimakruhkan. Sebab niat puasa kita di hari tersebut bukan karena Jumatnya atau Sabtunya atau Ahadnya namun karena bertepatan dengan hari Asyura atau hari Arafah.

Wallahu A’lam

Comments

comments

Tentang Penulis

Dosen IAIN Langsa, Doktoral Fiqh Muqaran (Perbandingan Mazhab Fikih) di Universitas Al Azhar - Mesir, Mudir dan Ketua Yayasan Pesantren Dar Faqih Qurani - Aceh Timur, Dewan Fatwa Nasional Jami'ah Al Wasliyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.